Denpasar (ANTARA News) - Enam perupa asal Bali yang seluruhnya jebolan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menggelar pameran lukisan dan patung untuk mengantarkan Presiden Kedua RI, HM Soeharto, menuju tempat peristirahatan abadi. "Di luar dugaan sebelumnya kalau kemudian karya-karya kami yang kini dipamerkan merupakan sebuah isyarat untuk mengantarkan Soeharto menuju ke alam baka," kata Nyoman Agus Wijaya, salah seorang peserta pameran, di Denpasar, Senin. Selain Agus, tercatat lima rekannya yang lain yang ambil bagian dalam pameran bertema "Face2Face" di ruang Danes Veranda Denpasar itu, masing-masing Widhi Kertiya Semadi, A. Putu Suyadnya, Putu Aan Juniartha, IB Komang Sindu Putra, dan Ida W. Wisnu. Kesemuanya merupakan perupa muda jebolan Fakultas Seni Rupa (FSR) ISI Yogyakarta yang telah beberapa kali menggelar pameran, baik di Yogyakarta maupun Bali. Senada dengan Nyoman Agus, pengamat seni Yudha Bantono menyebutkan, milihat pameran keenam perupa, menunjukkan sebuah "bahasa" bahwa mereka ingin ambil bagian dalam mengantar arwah Jenderal Besar Soeharto menuju ke alam "sana". Gambaran seperti itu tampak jelas dari adanya beberapa patung anjing yang turut dipajang di arena pameran. "Ini mengingatkan kita pada kisah perang Baratha Yudha, di mana saat Yudhistira gugur di medanh laga, arwahnya ingin diantarkan seekor anjing menuju alam baka," kata Yudha yang dokter hewan itu. Tanpa diantar oleh anjing, arwah Yudhistira ketika itu menyatakan memilih untuk tetap bergentayangan di maya pada. Akhirnya, permintaan Yudhistira dikabulkan oleh Dewa yang menjelma menjadi anjing dan kemudian mengantarkan tokoh panutan Pandawa itu ke alam surga. Sekarang, lanjut Yudha, dengan dipamerkannya beberapa patung anjing berkenaan dengan pemberangkatan jenazah Soeharto ke tempat peristirahatan terkahir, mengingatkan kembali kisah arwah Yudhistira dengan permintaannya itu. Baik sejumlah patung maupun lukisan yang dipajang dalam pameran tersebut, menunjukkan bahwa sebagian besar peserta pameran mengambil corak seni rupa kontemporer dalam berkarya. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008