Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar uang spot antar-bank Jakarta, Senin, ditutup melemah 20 poin ke posisi 9.345/9.350 per dolar AS, sementara pada akhir pekan lalu ditutup pada 9.325/9.343 per dolar AS.Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, dimintai komentarnya mengatakan, turunnya nilai tukar rupiah pada awal pekan ini sudah diduga sebelumnya oleh pelaku pasar, karena Bank Indonesia yang tidak menyukai rupiah terlalu cepat naik melewati 9.300, bakal campur tangan.Apabila rupiah menguat terlalu cepat hingga melewati 9.300 per dolar AS, BI mengkhawatirkan dampak yang ditumbulkannya yakni merosotnya daya saing produk ekspor dalam negeri.Rupiah pada posisi 9.300 per dolar AS tidak disukai baik oleh Bank Indonesia (BI) terutama para eksportir karena produk yang dijual ke pasar ekspor tidak mampu bersaing, katanya. Menurut dia, rupiah yang ideal saat ini berkisar antara 9.350 sampai 9.400 per dolar AS, sehingga baik eksportir maupun importir akan dapat melakukan kegiatan usahanya. "Kami optimis kondisi rupiah pada kisaran itu akan dijaga oleh BI" katanya. Rupiah, lanjut dia kemungkinan akan kembali mendapat sentimen positif pasar dari bank sentral AS (The Fed) yang kembali akan menurunkan tingkat suku bunganya. Karena sebagian pelaku pasar masih menunggu pertemuan The Fed yang akan dilakukan pada pekan ini. Namun penurunan bunga Fed Fund diperkirakan hanya 25 basis poin sehingga kurang mendukung pergerakan rupiah lebih lanjut, ucapnya. Ia mengatakan, koreksi terhadap rupiah juga karena pasar saham regional melemah, akibat merosot bursa Wall Street dan menguatnya dolar AS terhadap yen. Pasar saat ini tidak bersahabat dengan rupiah dan sentimen positif dari penurunan bunga Fed Fund juga makin melemah, ucapnya. Rupiah, menurut dia bisa juga kembali menguat lagi , apabila investor asing menempatkan dana di pasar uang dan saham dalam jumlah yang besar, karena selisih tingkat bunga rupiah terhadap dolar AS masih sangat tinggi. Selisih tingkat bunga rupiah dan dolar AS sebesar 4,75 persen (8 persen -3,25 persenyang menarik investor untuk segera menempatkan dananya di pasar domestik karena gain yang diperoleh cukup besar, ucapnya. (*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008