Yogyakarta (ANTARA News) - Sejarawan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Drs Ahmad Adaby Darban SU menyatakan bahwa arsip Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (Supersemar) kemungkinan disimpan oleh Soeharto. "Soeharto adalah penerima surat perintah tersebut dari Presiden Soekarno, dan dia merupakan pelaku yang terakhir hidup," katanya di Yogyakarta, Senin, menanggapi pro kontra Supersemar 1966 setelah mantan Presiden Soeharto wafat. Oleh karena itu, jika ingin mengetahui fakta sebenarnya soal Supersemar, dokumen yang asli harus dicari dan ditemukan. "Dengan ditemukannya dokumen asli Supersemar diharapkan fakta sejarah yang selama ini terkesan samar bisa terungkap jelas," katanya. Ditanya mengenai fakta sejarah yang selama ini banyak `dibelokkan`, ia mengatakan tidak perlu ada pelurusan sejarah sepeninggal Soeharto. "Karena pada hakikatnya tidak ada penulisan sejarah yang obyektif, semua tergantung pada pemimpin atau penguasa pada zamannya," kata dia. Meski demikian jika ada fakta baru yang ditemukan, dapat dijadikan fakta tandingan termasuk mengenai Supersemar. Ia mengatakan, Soeharto sebagai warga bangsa mengalami banyak peristiwa sejarah seperti `Serangan Oemoem` dan Supersemar. "Sewajarnya Soeharto dihormati, karena bagaimana pun dia berjasa pada bangsa dan negara. Jika kemudian muncul pro kontra, itu juga wajar karena dia manusia biasa yang punya kelebihan dan kekurangan," katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008