Karanganyar (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas nama pemerintah mengakui jasa besar H. Muhammad Soeharto, baik dalam masa perjuangan maupun selama memimpin Indonesia. Presiden Yudhoyono mengemukakan hal itu saat memberikan sambutan pada upacara pemakaman mantan Presiden Soeharto di Astana Giribangun, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Senin, yang dihadiri pejabat pemerintah, perwakilan negara-negara sahabat, dan masyarakat. Presiden menyebutkan, sepanjang hidup almarhum diabdikan untuk kepentingan bangsa dan negara. Pada tahun 1945-1949, Pak Harto berjuang mengusir penjajah untuk menegakkan kembali kedaulatan bangsa dan negara yang saat itu masih berusia muda. Kemudian, pada 1 Maret 1949, almarhum juga memimpin Serangan Oemoem dan berhasil menduduki kembali Ibu Kota Yogaykarta. Tahun 1962, almarhum juga bertindak sebagai Panglima Komando Mandala yang diakui berhasil dari sisi diplomasi dan militer. Tiga tahun kemudian tepatnya 1965, Pak Harto berhasil menyelamatkan bangsa dan negara sekaligus memulihkan keamanan dan ketertiban dari Gerakan 30 September. Sejak menjadi pemimpin Indonesia pada 27 Maret 1968, Pak Harto gigih melakukan pembangunan nasional dengan meletakkan konsep Trilogi Pembangunan yang menekankan pada stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan. Dengan segala kejujuran dan hati yang bersih, kata Presiden, pemerintah mengakui banyak jasa yang diberikan Pak Harto kepada bangsa dan negara selama hidup. "Sebagai bangsa yang berjiwa besar, pemerintah mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tinggi kepada almarhum," katanya. Sebagai manusia, Pak Harto tidak luput dari kekurangan dan kekhilafan karena sudah semestinya seluruh bangsa Indonesia memaafkan dan mendoakannya. "Selamat jalan Bapak Pembangunan," kata Presiden. Jenderal Besar (Purn) TNI Soeharto selama masa hidupnya telah menerima 27 tanda penghormatan dari dalam negeri, 38 tanda penghormatan dari luar negeri, dan tujuh dari badan dunia. Permohonan Tutut Sementara itu, mewakili keluarga Pak Harto, Siti Hardijanti Indra Rukmana atau Mbak Tutut mengatakan, sesuai dengan keinginan almarhum, Pak Harto memang ingin dimakamkan di samping istri tercinta Siti Hartinah (Ibu Tien) yang sebelumnya dimakamkan di Astana Giribangun. Tutut dengan suara parau mengenang Pak Harto sebagai ayah, eyang, buyut yang menyayangi anak, cucu, dan cicitnya. Beliau, katanya, juga sebagai teman yang akrab sekaligus menjadi guru dan teladan bagi putra-putrinya. "Bapak ibu sekalian, maafkan segala kesalahan almarhum. Selamat Jalan Bapak, doa kami selalu menyertaimu," ucap Mbak Tutut, sambil terisak ketika mengakhiri sambutan keluarga Pak Harto. Seluruh keluarga besar Soeharto hadir dalam pemakaman, yaitu Sigit Hardjoyudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Herijati Heriaty, Hutomo Mandala Putra, dan Siti Hutami Endang Adiningsih, serta cucu, dan cicitnya.
Copyright © ANTARA 2008