Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta seluruh bangsa Indonesia agar berjiwa besar dan tulus memberikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas darma bakti almarhum Jenderal Purnawirawan HM Mohammad Soeharto kepada bangsa dan negara ini. "Kita telah kehilangan putra terbaik bangsa, seorang pejuang setia, prajurit sejati dan seorang negarawan terhormat," kata Presiden Yudhoyono, saat memberikan kata sambutan pada upacara kenegaraan pemakaman mantan Presiden Soeharto, di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin. "Dengan jujur dan hati yang bersih, kita patut mengakui begitu banyak jasa yang almarhum berikan kepada bangsa dan negara," kata Presiden. Menurut Kepala Negara, masyarakat juga menyadari bahwa sebagai manusia biasa dan juga layaknya seorang pemimpin, maka almarhum tentulah tidak luput dari kekhilafan dan kekurangan. "Tidak ada manusia umat hamba Allah yang sempurna di dunia ini. Pada kesempatan yang penting ini, saya juga mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk mendoakan almarhum semoga ditempatkan di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, sesuai dengan perjuangan, pengorbanan dan amal ibadahnya," kata Kepala Negara. Sepanjang hayatnya, kata Presiden, almarhum Soeharto telah menapaki perjalan panjang di dalam karier militer, politik dan pemerintahan. Ketika terjadi revolusi fisik tahun 1945-1949, almarhum berjuang gigih mengusir penjajah untuk menegakkan dan mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara yang masih berusia muda. Sejarah juga mencatat sejumlah perjuangannya yang monumental, yaitu ketika Soeharto bersama pejuang lainnya melakukan Serangan Umum 1 Maret tahun 1949 dan berhasil menduduki Kota Yogyakarta. "Peristiwa penting itu memberikan bobot dan kekuatan tersendiri pada diplomasi kita yan berujung pada kedaulatan Republik Indonesia," katanya. Sedangkan pasca revolusi tahun 1962, ketika bangsa Indonesia memperjuangkan pembebasan Irian Barat, almarhum kembali memenuhi panggilan negara untuk memenuhi tugas mulia sebagai Panglima Komando Mandala," kata Presiden. Pada tahun 1965 ketika bangsa Indonesia kembali diuji oleh peristiwa pemberontakan G-30S/PKI, almarhum kembali tampil mengemban tugas untuk menyelamatkan keutuhan negara, keutuhan bangsa serta melaksanakan pemulihan keamanan dan ketertiban. Presiden Yudhoyono yang saat membacakan pidato mengenakan jas dan berpeci hitam, mengatakan almarhum sejak dilantik sebagai Presiden RI pada 27 Maret 1968, gigih memimpin pembangunan nasional yang tertumpu pada Trilogi Pembangungan, yakni Stabilitas, Pertumbuhan dan Pemerataan. "Sejumlah prestasi dan keberhasilan telah dicapai pemerintahan yang dipimpin almarhum pada hakekatnya mengantarkan bangsa Indonesia setapak demi setapak menjadi bangsa yang makin maju dan makin sejahtera," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008