Jakarta (ANTARA News) - Bagi wartawan, wafatnya mantan Presiden HM Soeharto selain menimbulkan duka, tapi sekaligus perasaan "lega". Duka karena hilangnya salah seorang pemimpin bangsa. Namun, wafatnya HM Soeharto juga membuat "lega" beberapa wartawan. Bukan karena bermaksud tidak baik, tetapi setidaknya ritual rutin berjaga di RSPP tidak lagi terjadi. "Saya jadwalnya besok malam jaga di RSPP," kata Imam, salah seorang wartawan cetak. Selama 23 hari puluhan wartawan cetak maupun eletronik harus begadang 24 jam menunggu perkembangan berita kondisi kesehatan Bapak Pembangunan tersebut. Halaman depan RSPP pun seolah menjadi tempat kos gratis puluhan wartawan. Peralatan lengkap wartawan televisi dengan SNG dan satelitnya nongkrong di RSPP. "Ya.. setidaknya dengan wafatnya HM Soeharto kita tidak lagi begadang di RSPP, legalah," kata Imam, kameramen TV. Beberapa wartawan televisi terlihat saling bersalaman dan saling cium pipi kiri dan kanan mengekspresikan rasa "leganya". Sekali lagi bukan dengan maksud jelek. Namun, merasakan tidak perlu lagi ke RSPP. Selama dirawat di RSPP setidaknya ada beberapa wartawan yang justru ambruk jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit. Beberapa wartawan televisi harus siap sedia melakukan liputan langsung dari pagi, sore maupun malam hari. Selamat jalan Jenderal Besar HM Soeharto. Semoga diterima di sisi Sang Khalik. Amien. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008