Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Senin pagi, melemah, setelah beberapa hari lalu menguat hingga mendekati level Rp9.300 per dolar AS menyusul penurunan suku bunga Fed fund sebesar 75 basis poin. Nilai tukar rupiah melemah 18 poin menjadi Rp9.347/9.350 dibanding penutupan akhir pekan lalu Rp9.325/9.343 per dolar AS. Analis Valas PT Bank Saudara, Rully Nova, di Jakarta, Senin, mengatakan koreksi terhadap rupiah pada awal pekan ini dinilai merupakan hal yang wajar, setelah menguat hingga mendekati level Rp9.300 per dolar AS. Rupiah akan mengalami kesulitan untuk bisa mencapai level Rp9.300 per dolar AS, karena Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan masuk pasar untuk menahan kenaikan tersebut, katanya. Apabila posisi rupiah berada di level Rp9.300 per dolar AS, lanjut dia, kurang disukai eksportir, karena produk yang dijual di pasar ekspor kurang kompetitiF. Jadi menurunnya rupiah hari ini kemungkinan intervensi BI ke pasar. "Kami memperkirakan BI telah masuk pasar melakukan intervensi dengan membeli rupiah, meski kondisi pasar saat ini agak sepi," katanya. Selain itu, menurut dia, pelaku pasar juga sedang memfokuskan perhatian terhadap meninggalnya mantan Presiden Republik Indonesia kedua, Soeharto, pada Minggu siang. Meninggalnya mantan Presiden Soeharto menyedot perhatian dunia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri ikut aktif dalam upacara penguburan mantan presiden itu di Solo, tuturnya. Ia mengatakan, pasar juga saat ini sedang menunggu pertemuan Bank Sentral AS (The Fed) yang akan mengadakan pertemuan untuk kembali menurunkan suku bunga Fed fund. The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunganya pada tahun ini sebanyak dua kali lagi untuk memicu pertumbuhan ekonomi AS yang makin melambat, katanya. Sementara itu, dolar AS terhadap euro melemah 0,1 persen menjadi 1,4690, namun dolar AS terhadap yen naik 0,1 persen jadi 106,68. (*)
Copyright © ANTARA 2008