Jakarta (ANTARA News) - Jenazah mantan Presiden Soeharto sekitar pukul 08.45 dengan menggunakan pesawat Hercules VVIP C130 nomor registrasi A1341 yang diiringi keluarga dan handai taulan berangkat dari Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin, menuju Bandar Udara Adi Soemarmo, Solo, untuk selanjutnya dimakamkan di Astana Giribangu, Karanganyar. Rombongan yang berangkat dari Cendana sekitar pukul 08.00 dan tiba di base op sekitar pukul 08.20 WIB disambut sejumlah pejabat antara lain Gubernur DKI Fauzi Bowo, Kapolda Metro Jaya Irjen Adang Firman, Wakasau Marsekal Madya I Made Oka, Danlanuma Halim Marsekal Pertama Boy Syahril Qamar, anggota DPR Yusron Ihza Mahendra, dan Walikota Depok Nurmahmudi Ismail. Tidak ada upacara sambutan dan pelepasan yang dilakukan terhadap mantan Presiden Soeharto. Pesawat pembawa jenazah Soeharto merupakan pesawat terakhir dari tiga pesawat yang membawa rombongan keluarga dan kerabat Soeharto. Dua pesawat lainnya adalah pesawat carteran yang disewa keluarga Soeharto yakni Pelita Air Service PK-PFZ dan Transwisata PK-TWIN. Suasana keberangkatan jenazah mantan Presiden Soeharto relatif tidak mengalami gangguan karena kawasan di sekitar Lanuma sebelumnya telah disterilkan dengan tidak mengizinkan anggota masyarakat yang ingin memasuki kawasan tersebut. Menurut Kapuspen Lanudma Halim Perdanakusuma Mayor Ernes D Joni Fambrene, TNI Angkatan Udara telah menyiapkan lima pesawat Hercules untuk memberangkatkan rombongan para pengiring jenazah mantan Presiden Soeharto. Diperkirakan rombongan akan tiba di Bandara Adi Soemarmo sekitar 35-40 menit kemudian. Hingga pesawat akan lepas landas para wartawan media cetak dan elektronik terus mengabadikan detik-detik keberangkatan pesawat. Wartawan yang awalnya dibatasi oleh police line terpaksa harus keluar dari batas yang ditetapkan pihak keamanan untuk dapat mengambil gambar yang dinilai lebih berkualitas. Bahkan saat peti jenazah yang diselimuti bendera Merah Putih akan dimasukkan ke bagian belakang badan pesawat, para wartawan sempat bersitegang dengan aparat keamanan karena dinilai menghalangi pengambilan gambar. Namun tidak terjadi insiden karena ketegangan hanya pada taraf meneriaki para petugas keamanan. Antusiasme warga termasuk media massa juga terlihat ketika mereka masih sempat melambaikan tangan ke arah rombongan yang berangkat. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008