Brisbane (ANTARA News) - Tokoh Muslim Indonesia di Australia, Amin Hadi, mengimbau masyarakat Muslim Indonesia di negara itu ikut memanjatkan doa dan memberikan maaf bagi mantan presiden RI Soeharto yang wafat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta Selatan, Minggu pukul 13.10 WIB. Imam Masjid Zetland, Sydney, yang pernah menjadi anggota tim penasehat perdana menteri John Howard untuk masalah Islam itu mengatakan kepada ANTARA News, Minggu, pemanjatan doa dan pemberian maaf kepada setiap Muslim yang meninggal dianjurkan dalam Islam. "Saya rasa bangsa Indonesia mengakui bahwa telah banyak perubahan positif dalam kehidupan bangsa semasa pemerintahan Pak Harto dan dunia pun mengakui prestasi beliau dalam pembangunan ekonomi Indonesia yang membaik sejak Indonesia merdeka. Bahkan kita pernah dianggap sebagai bagian dari `macan Asia`," katanya. Karenanya, gelar "bapak pembangunan" yang diberikan kepada Pak Harto pun adalah tepat, wajar, dan "tidak mengada-ngada", kata pendiri dan ketua pertama Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Australia itu. Sebagai manusia, Pak Harto tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan, namun dosanya dengan Tuhan adalah urusan Tuhan, sedangkan dalam hubungan dia dengan sesama manusia, mutlak ada maaf dari manusia, katanya. "Menurut saya, dosa yang menyangkut korupsinya seharusnya kita maafkan karena kebaikannya bagi bangsa jauh lebih banyak dari kesalahannya. Untuk orang yang sudah meninggal, kita dianjurkan untuk menyebut-nyebut amal kebajikannya dan kita pendam kejelekannya. ini yang diajarkan dalam Islam." "Karena itu, adalah wajar dan sudah memang sepatutnya kita memanjatkan doa bersama buat Pak Harto. Soalnya untuk orang yang banyak kesalahannya sekalipun dalam tingkat hubungan manusia biasa, termasuk musuh kita, kita pun dianjurkan untuk memaafkan, apalagi Pak Harto yang banyak jasanya bagi bangsa," katanya. Terkait dengan kasus hukum Pak Harto, ia mengatakan, sejak dia lengser tahun 1998, pemerintahan demi pemerintahan silih berganti, namun penyelesaian terhadap kasus hukum Pak Harto tak kunjung ada. Artinya, sudah sekian banyak pemerintahan di masa era Reformasi yang lalai. Selain berjasa dalam memajukan perekonomian Indonesia, mantan presiden yang meninggal dalam usia 86 tahun itu juga meninggalkan banyak jejak keberhasilan di bidang pendidikan, dan memberikan ruang yang lebih besar bagi umat Islam untuk bergerak maju, katanya. "Saya pribadi sudah pernah bertemu dua-tiga kali dengan Pak Harto. Pertemuan itu tidak hanya dalam rangka ICMI tetapi juga saat menghadiri konferensi dakwah Islam Asia Pasifik," kata Amin Hadi yang sedang merampungkan pendidikan doktornya di Universitas New South Wales (UNSW) Sydney itu. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008