"Korban berhasil diselamatkan anggota kami yang sedang berjaga di pantai yang berada di Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu dan langsung dibawa ke posko. Korban terseret arus dan tenggelam akibat berenang terlalu tengah," kata Kepala Operasi dan SDM Balawista Kabupaten Sukabumi Asep Edom Saepullah di Sukabumi, Minggu.
Biasanya di penghujung masa liburan, jumlah wisatawan yang datang cukup banyak, sehingga membuat was-was petugas penjaga pantai atau life guard yang bersiaga sejak pukul 06.00 WIB. Namun berkat kerja sama petugas gabungan dari TNI, Polri, Basarnas dan potensi SAR lainnya, di akhir masa liburan ini tidak ada kejadian yang menonjol hanya saja satu wisatawan tenggelam tapi berhasil diselamatkan.
Menurutnya, di akhir operasinya tersebut pihaknya meningkatkan pengawasan dan pengamanan. Bahkan tidak segan menegur wisatawan yang beraktivitas di laut yang bisa membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain.
Langkah ini dilakukan untuk meminimalisasikan dan antisipasi terjadinya kembali kecelakaan laut yang hingga kini total korban mencapai 34 orang dengan rincian satu meninggal dunia dan 33 orang berhasil diselamatkan. Korban mayoritas merupakan wisatawan dari luar Sukabumi.
Jika dibandingkan tahun lalu, jumlah kecelakaan laut pada libur lebaran tahun ini menurun. Sesuai data untuk di 2018 jumlah wisatwaan yang tenggelam mencapai 43 orang yang enam diantaranya meninggal dunia.
"Meskipun angka kasus kecelakaan menurun, tetapi kami tetap melakukan evaluasi agar pada musim liburan nanti tidak ada korban lagi. Tetapi, yang paling penting adalah tingkat kesadaran wisatawan yang seharusnya mentaati peraturan selama beraktivitas di laut," ujarnya.
Asep mengatakan laut Sukabumi selalu menjadi objek wisata tujuan dari berbagai daerah, tidak hanya di hari libur panjang saja seperti lebaran. Tetapi, pihaknya setiap waktu selalu bersiaga namun tidak menurunkan kekuatan penuh.
Setelah lebaran ini, Balawista sudah mempersiapkan pengamanan khususnya pada pergantian tahun nanti. Meskipun waktunya masih setengah tahun lagi tetapi harus siap sejak dini. Di sisi lain, harus diakui personel melakukan penjagaan bekerja secara iklas dan tidak pernah menuntut materil.
Bahkan, perlengkapan dan alat yang digunakannya pun seadanya. Tapi, karena tekat yang bulat demi kemanusiaan, personelnya tidak pernah mengeluh dalam setiap menjalankan tugasnya meskipun dalam penyelamatan nyawa anggotanya juga dipertaruhkan, sebab kondisi laut selatan di Sukabumi berbeda dengan daerah lain.
Selain memiliki gelombang dan ombak tinggi, yang paling berbahaya adalah adanya arus bawah laut serta palung. Banyak kasus wisatawan yang tenggelam jasadnya tidak ditemukan diduga tersedot ke dalam palung tersebut.
Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019