Makassar (ANTARA) - Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Makassar, H Muh Nurdin Massi menyerukan agar masyarakat berhenti melakukan maksiat dengan menghentikan menyebar video asusila SMK Bulukumba, Sulawesi Selatan, yang tengah viral.

"Jadi masyarakat harus mencegah segala bentuk kemungkaran, yang berarti bahwa bukan hanya pelaku di video itu yang maksiat, tetapi termasuk bagi mereka yang menyebarluaskan video tersebut termasuk bermaksiat," ungkapnya saat dihubungi di Makassar, Minggu.

Menurutnya, kasus seperti ini bisa terjadi karena kelalaian menanamkan keimanan, sehingga selain orang tua, peran masyarakat dianggap sangat penting dan pemerintah juga punya tanggungjawab terhadap kerusakan moral bangsa.

"Yang melakukan ini pastilah terjadi kerusakan moral, yang mengapload ke media sosial (medsos) juga termasuk yang rusak moralnya," katanya.

Oleh karena itu, baginya, menghadapi dan mencegah hal serupa terulang kembali, yakni melalui penguatan pendidikan agama sejak usia dini hingga remaja.

Kata dia, anak remaja tidak bisa dilepas di usianya yang lebih banyak trial (mencoba), terlebih masa ini dianggap sangat rentan terpengaruh terhadap pergaulan dan lingkungan, termasuk hal negatif .

"Anak remaja bukan malah dilepas, mereka harus dikontrol dengan siapa dia bergaul dan seperti apa temannya hingga bagaimana keadaan agama temannya. Sebab jika temannya jelek maka dia pun bisa saja seperti temannya," ungkapnya.

Hal senada diungkapkan Psikolog Perkembangan dan Pendidikan, Eva Meizara Puspita Dewi, harus kembali ke nilai-nilai agama yang menjunjung tinggi moral dalam wujud perilaku serta tata krama.

"Kita harus kembali ke agama sebenarnya, moral dijunjung tinggi dan menjadikan perilaku cerminan diri kita sendiri. Sedangkan hal-hal yang memalukan tidak harus diviralkan tetapi ditutupi," ucap Dosen Fakultas Psikologi UNM ini.

Dari sudut pandangnya, moral pelajar saat ini tengah menurun, berbeda pada zaman dahulu 10-15 tahun silam. Hal memalukan ditutup kemudian dirahasiakan, sementara sekarang cenderung bangga menyebar aib agar terkenal.

"Bahkan kalau dilihat, pelajar moralnya sudah menurun karena tidak tahu malu. Hal memalukan malah dibuka dan jadi konsumsi publik, merasa kebanggaan bahwa dia terkenal padahal ini tanda kalau moralnya mulai rusak," ucap Eva sapaannya.

Saat sekarang, kata dia, jika melihat kasus ini apalagi dipicu oleh medsos yang luar biasa, apapun bisa dilakukan jika hal positif dan negatif diviralkan.

"Yang positif jadi inspirasi dan negatif bahkan jadi bumerang," tambahnya.

Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019