Klungkung (ANTARA) - Jamu sirih, kunyit dan madu (sirkuma) yang berasal dari olahan hasil pertanian desa setempat, dengan menggunakan alat tradisional, menjadi olahan Jamu yang berprestasi di Desa Nyalian, Klungkung.
"Selama hampir enam tahun, ya baru kali ini diundang langsung oleh Gubernur Bali, untuk memperkenalkan gimana cara produksi Jamu ini, terutama ini kan berasal dari sari - sari tumbuhan,dan masih tradisional sekali," Kata Pemilik sekaligus penjual Jamu Sirkuma, Ni Putu Resmiati, pada Minggu.
Ia juga mengatakan, pernah mengikutkan Jamu Sirkuma dalam beberapa ajang pameran, baik di Kabupaten maupun Provinsi, hingga dipamerkan sebagai bahan lomba Desa.
Jamu Sirkuma memiliki manfaat bagi kesehatan, terutama yang memiliki masalah kesehatan, seperti diabetes, maag, batuk, hingga perokok berkat campuran bahan tradisional, seperti daun pegagan (daun piduh), kunyit, kencur, sirih merah, beras merah, dengan tambahan madu.
Bahan - bahan yang digunakan dalam membuat Jamu pun mudah diperoleh karena merupakan hasil pertanian di Desa Nyalian. Menurutnya, langkah ini bisa menjadi salah satu cara untuk membuka lapangan pekerjaan bagi para petani dengan menjalin kerjasama.
"Usaha ini, awalnya dari pengalaman pribadi saya yang perah mengalami sebuah insiden kecelakaan hingga menimbulkan kesulitan saat makan dan minum obat, jadi hanya bisa pakai infus saja, dari situ keluarga saya mencoba membuat jamu dari campuran daun piduh dan juga kunyit, hasilnya beberapa kali rutin minum jamu, saya sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasa lagi," Jelas Resmiati.
Dengan berbekal pengalaman pribadinya, sekitar enam tahun hingga kini Resmiati yang juga dibantu dua karyawan bersama keluarganya, meneruskan membuat olahan jamu tradisional ini.
Selain itu, terdapat empat jenis olahan Jamu Sirkuma, yaitu olahan cem - cem, kunyit, kencur dan sirih. Masing - masing bahan tersebut memliki manfaat yang berbeda, dilihat sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Pemasarannya juga disebar tidak hanya daerah Klungkung saja melainkan hingga ke berbagai pelosok, seperti daerah Ubud, Gianyar, Tabanan, Denpasar, dan Karangasem.
"Proses nya, berawal dari air yang direbus selama 5 jam, terus bahan - bahan yang sudah dipilih, kayak kencur, kunyit itu lalu dibersihin, dicuci dan satu per satu diblender sampai halus, ada juga yang dicampur seperti kunyit daun piduh, lalu disaring, ditambah gula batu atau madu," Kata Resmiati.
Ia juga menambahkan waktu yang diperlukan dalam pembuatan sekitar 7-8 jam, dan dapat bertahan tiga hari dalam lemari es. Harga yang ditawarkan dari Rp30.000 hingga Rp250.000 dilihat dari jenis penyakitnya.
Disamping itu, Resmiati juga menjelaskan untuk dapat membedakan masing - masing olahan Jamu, yang melalui proses dengan benar maupun tidak, dapat dilihat dari rasa dan teksturnya sebelum dikonsumsi.
"Biasanya kalau jamu dengan warna kunyit kuning menyala, terus juga mengental kalau didiamkan, nah itu harus hati-hati, apalagi setelah diminum langsung memberikan efek batuk dan sakit tenggorokan," katanya.
Baca juga: "Urek petoga" jamu kuat khas Suku Sakai
Baca juga: Jamu Sundal padukan rasa tradisional dan modern
Baca juga: BPPT: jamu harus dilestarikan
Pewarta: Ayu Khania Pranisitha
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019