"Alat terapi bicara ini sudah kami gunakan kepada anak-anak di sekolah autis, dan hasilnya cukup memuaskan," kata mahasiswa Politeknik Batam yang mengembangkan alat terapi bicara, Wibisana di Batam, Minggu.
Alat terapi bicara itu menyerupai tabung dengan getaran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Menurut dia, cara menggunakan alat bergetar itu cukup diletakkan di sekitar pipi, untuk merangsang anak autis membuka mulut untuk berbicara.
"Berdasarkan riset sebelumnya, dengan menekan-nekan bagian ini, dapat membuat anak mau berbicara. Sebelum ada alat ini, cara paling sederhana dilakukan dengan sikat gigi yang dimasukkan ke dalam mulut dan ditekan-tekan," kata dia bercerita.
Seluruh bagian dari alat itu diproduksi sendiri oleh tim Politeknik Batam. Termasuk selubung karet yang dicetak dengan ukuran khusus.
Sedangkan mesinnya dikembangkan dari alat pemutar compact disc menggunakan baterai yang biasa digunakan untuk jam tangan.
Sebenarnya, ujarnya, alat serupa sudah dijual di pasar. Namun, tim Politeknik Batam mengembangkannya.
Bila barang yang beredar hanya memiliki satu jenis getaran, maka alat yang dikembangkan Politeknik Batam memiliki tiga tingkat getar, yang penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Alat terapi bicara merupakan satu dari lima inovasi Politeknik Batam yang diikutsertakan dalam Lomba Teknologi Tepat Guna oleh Pemerintah Kota Batam.
Inovasi tim Politeknik Batan lainnya, di antaranya pemotong rumput tenaga surya, alat sederhana pembuat pupuk organik secara swadaya dan alat penghisap minyak rem elektrik.
Sementara itu Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau mendorong masyarakat untuk turut menciptakan teknologi sederhana, namun tepat guna yang dapat membantu kegiatan sehari-hari.
"Amati seluruh kebutuhan yang memerlukan teknologi mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi," Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Kepulauan Riau, Sardison.
Ia mengatakan dalam menemukan teknologi tepat guna, masyarakat perlu mengikuti rumus, amati, tiru dan modifikasi.
Setelah mengamati kegiatan sehari-hari yang membutuhkan teknologi sebagai alat bantu, maka masyarakat bisa meniru teknologi yang sudah ada, dan memodifikasinya agar lebih bermanfaat.
"Modifikasi ini memerlukan kreatifitas," kata dia.
Baca juga: Mahasiswa FMIPA UI temukan deteksi cadangan minyak
Baca juga: Mahasiswa ciptakan popok dari sabut kelapa, ini keunggulannya
Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019