Sydney (ANTARA News) - Gejolak di pasar saham dunia telah memicu munculnya demam emas baru, sehingga membuat para pedagang sibuk mencari logam mulia yang telah diburu umat manusia selama ribuan tahun silam. Ekonom Inggris, John Maynard, lah yang menyebut emas sebagai barang peninggalan kaum barbar" pada awal abad lalu, namun para investor modern memperlihatkan gairah yang sama pada logam berharga itu, seperti para pendahulunya. "Kita harus menempatkan emas dalam perspektif dewasa ini, dengan terjadinya gejolak pada sistem keuangan," kata Warwick Grigor, Chairman Far East Capital, kepada AFP. "Terjadi kecemasan besar di luar sana dan emas dipandang sebagai investasi yang aman." "Bila muncul kecemasan terhadap inflasi, emas merupakan ssuatu yang ingin dibeli investor karena amat terbatasnya pasokan, anda tak bisa membanjiri pasar dengan emas." "Berbagai pemerintah dapat mencetak uang -- itu menciptakan inflasi. Uang kertas hanya suatu janji dan janji itu sering disalahgunakan pemerintah." Emas mencetak rekor tinggi sepanjang masa pada level 923,73 dolar per ons (28,35 gram) di London Bullion Market, Jumat, setelah sepekan pasar saham global anjlok akibat munculnya kecemasan terjadinya resesi di AS. Untuk menghentikan mandi darah di pasar, bank sentral AS, Federal Reserve atau The Fed, melakukan campur tangan dengan mengadakan pemangkasan mengejutkan sebanyak 75 basis poin pada suku bunga acuannya, suatu langkah yang dilukiskan Grigor sebagai pengaturan jangka pendek yang akan mendorong inflasi. Sementara kelangkaan emas disebut sebagai alasan utama logam mulia itu akan mempertahankan nilainya di tengah masa ketidapastian pasar saham dan uang kertas juga tampaknya mempunyai daya tarik primitif yang melebihi nilainya. "Emas boleh jadi tak rasional, namun umat manusia juga tak rasional," tulis pengarang dan analis Trevor Sykes. "Emas telah hadir sekitar 3.000 tahun, padahal uang kertas baru muncul hanya ratusan tahun silam dan emas telah digunakan selama berabad-abad sebagai simbol kekayaan dalam bentuk permata atau aksesoris atau bahkan peti mati Firaun Mesir Tutankhamun, yang meninggal dunia lebih dri 3.000 tahun silam. Sebagai mata uang, sejarah koin emas bisa ditelusuri dari masa Kekaisaran Romawi hingga ke Lydia yang kini dikenal sebagai Turki, tempat logam mulia itu diyakini sebagai koin pertama yang muncul sekitar abad keenam SM. Emas akan terus naik Pada masa modern, sistem Bretton Woods diberlakukan setelah Perang Dunia II yang mewajibkan berbagai negara mempertahankan nilai mata uang mereka dengan kaitan ketat pada nilai emas, tetapi mekanisme ini tak berjalan pada 1971. Namun demikian, berbagai kejadian baru-baru ini telah memperlihatkan bahwa saat saham dan uang kertas jatuh, para investor memalingkan wajah mereka pada logam lunak dan dapat ditempa itu dengan kilauannya yang selalu menggoda. "Saham pada sebuah perusahan adalah suatu yang tak berharga, anda tak dapat memakannya, anda tak dapat melakukan sesuatu dengannya, itu hanya kertas belaka," kata Grigor. "Saya membeli emas spesimen dan bongkahan emas dan menyimpannya karena nilai emas tak akan dapat lenyap dalam tempo seketika seperti saham," ujar Grigor. Ia memprediksikan harga emas akan naik hingga ke level 1.500 atau 2.000 dolar per ons dalam jangka setahun atau dua tahun. Sykes juga mendukung pendapat logam mulia itu akan menjadi semakin bernilai, mengingat dolar AS secara de facto telah mengalami devaluasi. (*)
Copyright © ANTARA 2008