Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pekan depan diperkirakan masih bergerak naik hingga kisaran ke 2.696 hingga 2.730. Analis Riset PT BNI Securities, M Alfatih, kepada ANTARA akhir pekan ini, mengatakan pergerakan indeks BEI pekan depan masih memiliki peluang naik, karena level "resistance" selanjutnya pada level 2.696 dan 2.730. Menurut Alfatih, beberapa saham unggulan sudah turun cukup tinggi, sehingga masih memiliki peluang untuk terus naik. Sektor yang masih memiliki peluang naik adalah sektor perbankan, otomotif serta properti, karena harapan turunnya suku bunga setelah The US Federal Reserve (Bank Sentral AS) menurunkan suku bunganya 75 basis poin menjadi 3,50 persen. Sedangkan sektor lain yang masih jadi penopang indeks untuk terus naik adalah perkebunan, pertambangan dan manufaktur, tambah Alfatih. Sektor-sektor ini juga yang menjadi pendorong indeks BEI pada pekan ini ditutup naik tipis 9,361 poin atau 0,35 persen untuk berada di 2.620,493, sedangkan indeks LQ45, kelompok 45 saham unggulan, menguat 2,394 poin atau 0,42 persen ke posisi 562,829. Penguatan indeks yang tipis ini karena pada awal perdagangan indeks mengalami terjun bebas hingga level terendah dalam lima bulan terakhir. Bahkan, indeks BEI pada Selasa (22/1) mengalami penurunan terbesar dalam sehari (7,7 persen) atau kedua terbesar setelah penurunan indeks karena Bom Bali 2002 yang turun sebesar 10 persen. Anjloknya indeks di awal pekan ini lebih disebabkan oleh meningkatnya oleh sentimen pasar, terutama resesi AS yang akan mempengarugi perlambatan perekonomian global. Kondisi ini telah membuat bursa saham global berguguran, sehingga memaksa The Fed pada Selasa malam (22/1) mengadakan rapat dan hasilnya menurunkan suku bunganya sebesar 75 basis poin menjadi 3,50 persen. Keputusan The Fed inilah yang membuat bursa saham global "rebound" (naik kembali) dan memperbaiki posisinya untuk kembali ke level semula. (*)
Copyright © ANTARA 2008