Lebak (ANTARA News) - Singkong dan pisang di Kabupaten Lebak, Banten, "diserbu" pembeli sejak harga beras naik, sehingga pedagang meraih keuntungan berlipat ganda dibandingkan hari sebelumnya.
Onah (45), pedagang singkong di Pasar Rangkasbitung,Kabupaten Lebak,Sabtu mengatakan, selama ini omset penjualan singkong meningkat, padahal hari-hari biasa satu ton terkadang tidak habis.
"Sehari kami bisa menjual empat sampai enam ton singkong," katanya.
Ia mengatakan, sebagian besar pembeli singkong berasal dari kalangan masyarakat kecil, seperti tukang becak, buruh panggul, pedagang asongan bahkan petani karena dapat meringankan beban ekonomi mereka.
"Dengan adanya singkong dan pisang itu, warga miskin bisa mengirit biaya beli beras. Biasanya, setiap hari beli dua kilogram beras kini menjadi satu kilogram," katanya.
Namun demikian, kata dia, banyaknya permintaan mengakibatkan pihaknya mengalami kesulitan untuk mendatangkan pasokan singkong lokal dari wilayah Banten.
Selain banyak lahan pertanian berubah fungsi juga petani Banten kurang berminat menanam singkong dengan alasan harga sangat rendah dibandingkan padi sawah.
Oleh karena itu, dirinya terpaksa mendatangkan singkong dari Provinsi Lampung dan setiap dua hari mendapatkan pasokan dari daerah tersebut.
Junaedi (50) pedagang singkong keliling, mengaku,setiap hari daganganya selalu habis, terutama semenjak kenaikan harga beras.
"Saat ini singkong bukan hanya masyarakat kecil saja, namun orang yang tinggal di Komplek perumahan juga banyak membeli,"katanya.
Ia menambahkan, selama ini pendapatan dari berjualan singkong bisa mencapai 200 persen dari sebelumnya,bahkan harga singkong yang awalnya Rp700 per ikat naik menjadi Rp 1.500 per ikat.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008