Samarinda (ANTARA News) - Tiga awak pesawat Cassa 212 seri 200 dengan nomor registrasi PK-VSE milik PT Dirgantara Air Service (DAS) yang jatuh di pedalaman Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur (Kaltim), Sabtu, ditemukan tewas.
Namun, tim Basarnas kesulitan untuk mengevakuasi korban karena topografi tempat kejadian adalah kawasan pegunungan, meski berjarak tidak jauh dari lapangan udara Long Ampung.
Ketiga awak pesawat itu adalah putera legenda penerbangan Indonesia Leo Wattimena, Clifford Wattimena, 53 tahun yang menjadi co-pilot serta pilot Sumiskum dan mekanik Darsono.
Kasubsie Operasi Kantor Basarnas Balikpapan Harmoni Adi, ketika dihubungi dari Samarinda mengatakan, tiga awak ditemukan tewas oleh warga setempat sekitar pukul 16:35 Wita di daerah Tidung Payau. Tepatnya di koordinat 01 derajat 34,48 Utara dan 115 derajat 00,23 Timur.
"Sampai sekarang proses evakuasi tim Basarnas dengan bantuan warga masih dilakukan, meski kami akui hal itu cukup sulit karena keadaan medan yang berbukit," katanya.
Manajer PT DAS Area Kaltim, Ramly Effendi Siregar, mengatakan, pesawat tersebut mengangkut panel listrik tenaga surya untuk warga pedalaman dari Bandara Juwata, Tarakan, menuju landasan udara Long Ampung.
Ia menambahkan bahwa kondisi sayap kanan pesawat patah dan terbakar. Bagian moncong depan dan lantai pesawat remuk. Sedangkan kondisi korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan.
Menurut dia, direncanakan para korban yang berhasil dievakuasi akan dibawa ke Tarakan pada Minggu pagi (27/1) untuk kemudian dipulangkan ke rumah duka masing-masing. Clifford akan dipulangkan ke Palangkaraya (Kalteng), Sumiskum ke Jakarta, dan Darsono ke Tarakan.
Penyebab kecelakaan pesawat PT DAS hingga kini juga belum diketahui.
Menurut Ramly, pesawat PT DAS secara rutin dicarter oleh pemerintah provinsi untuk mengirimkan panel surya untuk listrik di daerah pedalaman Kaltim.
Pesawat nahas itu berangkat jam 08:10 Wita dari Tarakan dan melakukan kontak terakhir sudah di Long Ampung sekitar pukul 09:35 Wita. Disinggung mengenai kondisi pesawat, Ramly mengatakan pesawat produksi PT. Dirgantara Indonesia tahun 1988 itu dinilai masih laik terbang.
"Pemeriksaan kondisi kelayakan pesawat terakhir dilakukan pada Desember 2007," kata Ramly.
Mengenai kondisi cuaca saat penerbangan dilakukan, Ramly mengatakan saat itu jarak pandang di Bandara Juwata mencapai lima kilometer. Menurut dia, kondisi itu tergolong normal karena jarak pandang untuk pesawat kecil seperti Cassa minimal adalah 500 meter.
Clifford diketahui sudah bekerja bersama PT DAS selama 25 tahun. Ia merupakan putra dari salah satu penerbang handal Indonesia Marsekal Muda (Pur) Leonardus Willem Johanes Wattimena, atau yang dikenal dengan Leo Wattimena.
Leo yang meninggal dunia pada 1976 tercatat sebagai penerbang jet pertama Indonesia di masanya, khususnya pesawat de Havilland DH-115 Vampire. Ia pernah menjabat sebagai Panglima AU Mandala pada masa perebutan Irian Barat dari Belanda.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008