Jakarta (ANTARA) - Tidak semua mampu menghaturkan untaian kasihdi hari suci, Idul Fitri. Ada yang masih berpeluh keringat dan kotoran dari deru debu jalanan, ketika sebagian orang sudah mengenakan sandang terbaik mereka untuk menyambut gema takbir.

Jauh dari kehangatan kue-kue khas yang baru disajikan usai khotbah Idul Fitri, justru sumpah serapah kadang mereka dapatkan dari para pengendara mesin dengan ribuan tenaga kuda. Entah lama melayani, habis pasokan, atau bahkan kelelahan yang turut mengalir dari tangki-tangki bahan bakar mereka.

Di balik rekayasa lalu lintas arus balik Lebaran 2019, demi menjamin kelancaran pemudik, tersisa banyak cerita dari para pejuang di lapangan. Satu cerita datang dari jalanan Trans Jawa, kisah manuver Mobil Tangki PTO (Dispenser) yang akan memasok BBM untuk SPBU Modular di KM 130 B dan 130 A, ruas Tol Cipali.

Saat jalur satu arah (one way) diberlakukan pada puncak arus balik Sabtu malam (8/6) lalu, SPBU Modular di sisi kiri dari arah Pejagan ke Jakarta (jalur B), tengah dipasok BBM menggunakan Mobil Tangki PTO (Mobil Tangki Dispenser) yang dikirim dari Terminal BBM Balongan.

Proses pengisian di tempat peristirahatan 130 B saat rekayasa satu arah berlangsung lancar. Setelah bongkar muatan masing-masing 3.000 liter Pertamax untuk dua unit SPBU Modular, seharusnya Mobil Tangki PTO tersebut tetap siaga di 130 B. Namun tak lama berselang, SPBU Modular di ruas kanan atau 130A juga berbunyi nyaring, tanda kosong perlu pasokan Pertamax.

Dengan koordinasi aparat kepolisian dan Jasa Marga, mobil tangki dispenser dalam kondisi darurat bermanuver dengan kawalan polisi menyeberang ke ruas tol 130 A. Perlu pengaturan lalu lintas ekstra di tengah padatnya kendaraan yang merupakan puncak arus balik.

"Tidak sampai satu jam, mobil tangki bisa mencapai rest area di seberang dan kembali bongkar muat mengisi SPBU Modular di rest area 130A," kata Bayu Prostiyono selaku Operation Head TBBM Balongan yang terus berkoordinasi dengan kepolisan dan Jasa Marga sembari mengawal langsung pasokan BBM di lapangan.

Palang BBM habis pun urung dipasang, usai pasokan kembali terisi.

Ada juga kisah pemudik yang kehabisan bensin di KM 62 ruas tol Cikampek saat lawan arus diberlakukan. Kendaraan yang terjebak di sisi kanan jalan tidak bisa kembali ke jalur kiri untuk mampir ke tempat peristirahatan dan mengisi BBM.

Menanggapi kondisi tersebut, antar pemudik saling berkomunikasi di lapangan. Sejumlah mobil yang terjebak di kemacetan juga sudah mulai tiris BBM-nya. Seolah sudah menjadi keluarga karena sama rasa di jalanan, saling berantai mereka meminta bantuan Polisi yang bertugas. Kios Pertamina Siaga yang berada di KM 58B telah membawa BBM berikut motoristnya. Namun risiko keamanan melawan arus sangat tinggi.

"Berbahaya membawa motor melawan arus saat lalu lintas sangat padat. Meskipun sudah dikawal polisi," kata Fandy Ifan Nugroho selaku Sales Branch Manager area Purwakarta yang siaga sebagai tim Satgas Pertamina di KM 62.

Fandy pun mengambil keputusan mengantarkan BBM dari SPBU di KM 62 B menggunakan kemasan. Semua turun tangan, baik tim Satgas, operator SPBU, polisi dan pemudik secara kompak berupaya melancarkan pasokan BBM bagi pemudik yang terjebak di jalur lawan arus.

Bahu membahu mereka menyeberangkan Pertamax kemasan melalui pembatas jalan. Lima buah mobil milik pemudik yang terjebak di jalur lawan aus dalam kondisi BBM kritis pun akhirnya bisa melanjutkan perjalanan pulang.

Petugas SPBU menggunakan jerigen untuk mengalirkan BBM akibat kekurangan pasokan listrik untuk pompa dispenser di Lampung. (Afut Syafril)

Cerita lain pun mengalir dari perbatasan Nusantara. Gema takbir, tahlil, dan tahmid yang mengumandang seiring dengan datangnya hari raya, tak menyurutkan niat Wahyu Hidayat untuk tetap berada di lokasi Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Tahuna, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.

Di salah satu lokasi TBBM pulau terluar Indonesia itu lelaki berusia 26 tahun ini dengan setia tetap bekerja di hari Lebaran.

Fajar pagi yang menyingsing pada 1 Syawal 1440 Hijriah, Wahyu pun tetap bekerja seperti biasa guna memastikan Terminal BBM tempat dia bekerja beroperasi dalam menyalurkan bahan bakar untuk melayani dua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), dua SPBU Kompak, satu SPBU Nelayan, pelayanan BBM untuk kapal (bunker service), PT PLN untuk Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) serta beberapa agen minyak tanah.

Bahkan, untuk kali pertama, Wahyu yang baru diangkat menjadi pegawai Pertamina dua bulan lalu itu tidak mengagendakan mudik ke kampung halamannya di Cilacap, Jawa Tengah.

"Ini kali pertama saya tidak merayakan lebaran bersama keluarga dan berada di sebuah pulau yang sudah dekat dengan Philipina," ujar lajang yang berstatus sebagai Junior Supervisor Sales Service dan General Affairs TBBM Tahuna.

Wahyu hanyalah salah satu potret pegawai yang tak mengenal libur meski Lebaran tiba.

Unik

Vespa orange itu merapat ke SPBU Modular di KM 285 B. Tidak sedikitpun terlihat wajah lelahnya, senyumnya tetap sumringah, mungkin terbayang wajah keluarga yang menantinya di tanah Jawa.

Sinu, pemudik bervespa dari Batam kemudian mengisi BBM Pertamax sebagai modalnya berkumpul dengan keluarga.

"Saya berangkat dari Batam tanggal 5 Juni setelah sholat Idul Fitri, mau mudik ke Jawa Tengah," tutur Sinu.

Batam menuju Pulau Jawa tidak lah sebentar, namun Sinu melibas kelokan tajam Sumatera dengan motor vespa berdesain klasik.

Peran para pekerja yang tidak berlebaran memberikan kesempatan Sinu-Sinu lainnya untuk dapat menggenggam salam tangan keluarga dengan hangat.

Namun, antrean kendaraan yang membutuhkan suntikan bahan bakar tetap tidak dapat dihindari di berbagai ruas, mengingat banyaknya masyarakat yang berjalan secara serentak.

Baca juga: Arus balik terus mengalir, 4.073 penumpang tiba di Pelabuhan Sampit

Baca juga: Arus balik padat, Posko Pelabuhan Trisakti Banjarmasin diperpanjang

Baca juga: Arus penumpang di Bandara Minangkabau anjlok 33 persen selama Lebaran

Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019