Oleh Ridwan Chaidir Serang (ANTARA News) - Komisaris Besar (Kombes) Pol. Rumiah K SPd dilantik sebagai Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Banten oleh Kepala Kepolisian Negara RI (Kapolri), Jenderal Pol. Sutanto, di Markas Besar (Mabes) Polri, Jakarta, Rabu (23/1). Dengan pelantikan tersebut, maka bertambah pula seorang Srikandi lagi yang memimpin Provinsi Banten saat itu. Hj. Ratu Atut Chosiyah SE terlebih dahulu memimpin di Provinsi Banten di bidang pemerintahan setelah menang dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Banten 2006 sebagai gubernur, dan kini Rumiah memimpin Provinsi Banten di bidang keamanan. Rumiah dilantik menjadi Kapolda Banten menggantikan Brigjen Pol. Timur Pradopo yang selanjutnya menjadi Kepala Sekolah Lanjutan Perwira (Selapa) Polri."Kesetaraan antara perempuan dan laki-laki itu telah dibuktikan dengan diangkatnya Rumiah sebagai Kapolda, dan kami memilihnya memimpin wilayah Banten di bidang pertahanan dan keamanan agar dapat menjalankan tugas secara sinergis dengan Gubernur Banten yang juga wanita," kata Sutanto. Rumiah meniti karier di kepolisian tidak langsung dari bawah. Wanita kelahiran Tulungagung, Jawa Timur (Jatim), pada 19 Maret 1952 itu setelah menamatkan Sekolah SMA tahun 1971 melanjutkan kuliah di Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Surabaya tahun 1975. Setelah mendapat gelar sarjana pendidikan, dia masuk kepolisian melalui jalur Sekolah Perwira Militer Sukarelawan (Sepa Milsukwan) Angkatan Bersenjata RI (ABRI, kini TNI) tahun 1978. Kemudian, ibu dari Yulistiyanto dan Surya Dwi Adji Gemilang tersebut mengembangkan karirnya dengan mengenyam pendidikan di Sekolah Lanjutan Perwira (Selapa) Polri pada 1990, Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (Seskoad, 1995) dan Sekolah Staf Perwira Tinggi (Sespati) Polri pada 2003. Berkaitan dengan tingkat pendidikan di kepolisian yang telah dilaluinya itu, mantan atlet nasional soft ball yang pernah empat kali ikut SEA Games tersebut dipercaya menjabat Sekretaris Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri. Sebelumnya, ia pernah menjabat Kepala Kors Siswa Sekolah Polisi Wanita (Korsis Sepolwan) pada 1997, Perwira Madya (Padya) II Staf Personel (Spers) Polri (1998), Wakil Kepala Sekolah Polisi Wanita (Waka Sepolwan, 1999), Kepala Sepolwan (1999) dan Kepala Bidang (Kabid) Produk Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) Polri 2006. Kebijakan Sutanto mengangkat seorang dari Korps Polisi Wanita (Polwan) menduduki jabatan tertinggi di lingkup kepolisian daerah di Provinsi Banten agaknya menjadi satu terobosan untuk mengangkat citra Polwan. "Posisi saya sebagai Kapolda ini selain suatu kebanggaan bagi kaum wanita Indonesia, sekaligus tantangan yang harus kita jawab melalui peningkatan kinerja kerja yang baik," kata Rumiah seusai acara pisah sambut Kapolda Banten di Serang, Kamis (24/1). Kehadiran Rumiah di Banten itu disambut positif oleh Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah, yang berharap dapat bekerjasama dengan baik dalam mengamankan wilayah kerjanya dari berbagai gangguan, baik dari dalam maupun luar. "Kehadiran Rumiah membuktikan bahwa wanita itu tidak hanya mampu menjalankan tugas sehari-hari di lingkup rumah tangganya, tetapi juga mampu menjadi seorang pemimpin," kata Atut. Atut mengakui, walaupun ia duduk sebagai orang nomor satu di Provinsi Banten, namun dia tetap menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga bagi anak-anaknya. "Sesibuk apa pun saya di kantor, namun setelah sampai di rumah fungsi saya sebagai ibu rumah tangga tetap berjalan," kata Atut.Sementara itu, bagi Rumiah --yang anak keempat dari delapan bersaudara-- untuk program 100 hari pertamanya di Polda Banten masih menyimpan target tertentu. "Saya belum menetapkan target, yang jelas saya akan melanjutkan apa-apa yang sudah dilakukan Kapolda lama. Kalau ada hal-hal yang belum dijalankan, Insya Allah nanti bersama-sama dengan instansi terkait saya akan menyelesaikannya," kata Rumiah. Kehati-hatian Rumiah melangkah dalam menyelesaikan kasus-kasus yang belum terungkap itu agaknya menandakan bahwa dirinya betul-betul akan melakukan tugas secara transparan sesuai dengan undang-undang yang berlaku sekaligus diembannya. "Kita terlebih dahulu pelajari secara matang tiap-tiap masalah sejauhmana persoalannya, baru kemudian kita menentukan langkah-langkah," katanya. Kehadiran seorang perempuan memimpin keamanan di wilayah Banten yang cukup luas dan penuh dengan tantangan, karena selain berdekatan dengan Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia, juga merupakan jalur lalu lintas barang dan orang dari/ke Pulau Sumatera-Pulau Jawa. Sejumlah pengamat menyatakan optimistis Rumiah dapat mengatasi berbagai masalah keamanan di wilayah Banten. "Secara psikologis, perempuan itu lebih peka dan punya idealisme tinggi dibandingkan laki-laki, sehingga saya optimistis beliau mampu menjalankan tugasnya dengan baik," kata pengamat hukum dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten, Muhyi Mohas. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008