Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakui bahwa Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup, terutama untuk komoditas yang sangat diperlukan rakyat, seperti beras, jagung, kedelai, gula. "Meskipun pencanangan ketahanan pangan trennya membaik, namun belum bisa dikatakan memiliki ketahanan pangan," kata Presiden saat Pidato Kebudayaan pada Hari Ulang Tahun (HUT) Central for Information and Development Studies (CIDES) ke-15, di Jakarta, Jumat malam. Seperti diketahui, kata Presiden, sekarang ini terjadi kenaikan sejumlah barang pangan seperti kedelai karena akibat pengaruh global dan inflasi harga pangan di tingkat internasional. "Untuk itu pemerintah sedang mencari solusi keluar dari pengaruh inflasi pangan dunia itu terutama beras, kedelai, minyak goreng, dan minyak tanah," katanya. Untuk mengatasinya, ujar Kepala Negara, pemerintah terus mencari jalan dengan cara meningkatkan produksi dalam negeri, sambil mengurangi komponen impor pangan. "Ekspor dan impor memang wajar terjadi di negara manapun, tetapi kita akan lebih senang dan merasa mandiri kalau kebutuhan dasar untuk pangan itu bisa disediakan sendiri," ujarnya, dan menambahkan kecuali jika ada gangguan iklim baru diimpor. "Tapi, secara struktur kita mampu mencukupi kebutuhan itu dalam negeri," katanya. Dalam upaya menuju kemandirian bangsa seperti yang menjadi salah satu butir pidatonya, Presiden berharap, Indonesia tidak tergantung secara absolut kepada bangsa lain. "Kita berharap di tahun-tahun mendatang kita bisa dan mampu menyediakan sendiri sebagian besar "basic human needs" (kebutuhan dasar manusia-Red), selain pangan juga sandang dan papan, termasuk kesehatan, pendidikan serta lingkungan yang aman," ujarnya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008