"Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat bersama dengan Pemerintah Kabupaten Dompu, Sumbawa dan Bima menyambut baik penghargaan dan amanah yang diberikan oleh PBB-UNESCO tersebut.
Mataram (ANTARA) - Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui UNESCO akan meresmikan wilayah Teluk Saleh, Pulau Moyo dan Gunung Tambora (Samota) yang berlokasi di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat sebagai cagar biosfer.
Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTB Najamuddin Amy di Mataram, Jumat (16/4), mengatakan peresmian Samota sebagai cagar biosfer akan dilakukan dalam agenda pertemuan Dewan Koordinasi Internasional Manusia, dan Program Biosfer, UNESCO atau The International Coordinating Council Of The Man And The Biosphere Programme di Paris, Prancis pada 17-21 Juni 2019.
"Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat bersama dengan Pemerintah Kabupaten Dompu, Sumbawa dan Bima menyambut baik penghargaan dan amanah yang diberikan oleh PBB-UNESCO tersebut," ujarnya.
Ia menyampaikan, dalam pertemuan di Paris, Prancis itu. Wakil Gubernur NTB, Hj Sitti Rohmi Djalilah bersama jajaran Pemprov NTB akan menghadiri agenda tersebut. Kehadiran wakil Pemprov NTB di acara ini akan menjadi bukti komitmen dan apresiasi Pemprov NTB atas penetapan wilayah ini sebagai cagar biosfer.
Najamuddin menilai keberhasilan yang dicapai dalam mendorong penetapan Samota sebagai cagar biosfer ini merupakan buah dukungan beberapa pihak. Antara lain, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Komite Program Nasional MAB chapter Indonesia, jajaran Pemerintah Provinsi NTB, dan Pemkab Dompu, Bima, dan Sumbawa.
"Tidak lupa pula komunitas lokal dan berbagai elemen masyarakat dan individu di tiga wilayah tersebut," ucap Najamuddin.
Menurut dia, Pemprov NTB memiliki sejumlah alasan untuk mendorong agar Samota dijadikan cagar biosfer. Di antaranya karena Samota berada di antara bukit dan pegunungan yang di dalamnya terdapat berbagai flora dan fauna yang dilindungi. Selain itu, Samota juga merupakan lokasi dari Gunung Tambora yang diketahui pernah menjadi salah satu erupsi volcano terbesar dalam sejarah peradaban manusia.
Selain itu, deklarasi Samota menjadi cagar biosfer diharapkan dapat memfasilitasi dan mempercepat pemerintah daerah dalam upaya mencapai SDGs di daerah masing-masing
Disamping itu, kata Najamuddin, dengan dideklarasikannya Samota sebagai cagar biosfer, akan memberikan manfaat kepada NTB dalam rangka melindungi sumber alam dan mempercepat kesejahteraan ekonomi dan sosial di dalam provinsi tersebut
"Rinjani dan Samota akan menjadi tuan rumah 13rd South East Biosphere Reserve Network tahun depan. Ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi NTB dengan mendatangkan pengunjung dan juga upaya memperbaiki kondisi di daerah," jelasnya.
"Dengan dideklarasikannya Samota sebagai cagar biosfer, menjadi bukti dan komitmen Pemprov NTB mendukung pengembangan berkesinambungan," katanya menjelaskan.
Lebih lanjut, ia menyampaikan ada sejumlah manfaat yang bisa diperoleh dengan ditetapkannya Samota menjadi cagar biosfer dunia. Yakni, hal ini akan memberikan kontribusi dalam rangka mewujudkan cita-cita konvensi keanekaragaman hayati. Samota akan menjadi media kerja sama antar pengelola cagar biosfer di seluruh dunia. Samota juga dapat digunakan sebagai penelitian ilmiah, pemantauan global dan pelatihan pakar dari seluruh dunia.
"Saat ini, terdapat sejumlah wilayah yang telah ditetapkan sebagai cagar biosfer di Indonesia. Wilayah itu antara lain, Gunung Leuser, Pulau Siberut, Lore Lindu, Pulau Komodo, Gunung Gede Pangrango, Tanjung Putting, Giam Siak, Taman Laut Wakatobi, Bromo-Semeru-Tengger-Arjuno, Taka Bonerate, Blambangan, Berbak Sembilang, Betung Kerihun Danau Sentarum Kapuas Hulu, Rinjani, Lore Rindu dan Samota. Dua wilayah terakhir akan dideklarasikan tahun 2019 di Paris," katanya.
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019