"Kalau anda menolak teknologi, anda akan terisolir dalam kehidupan.," kata Nasir kepada wartawan di sela-sela acara pelepasan delegasi mahasiswa Indonesia untuk kunjungan ke China selama 15-21 Juni 2019, di Tangerang, Banten, Jumat.
Dia mengatakan mahasiswa Indonesia dapat belajar sendiri dan belajar dari teknologi luar negeri untuk meningkatkan kemampuan diri. Lagi pula, dengan menguasai di bidang teknologi dan digital, maka mahasiswa dapat menciptakan teknologi dan inovasi di masa mendatang.
"Talenta digitalnya (mahasiswa Indonesia) harus berkembang," ujarnya.
Perkembangan dunia saat ini semakin pesat, dan dunia digital bergerak dinamis dan maju, untuk itu mahasiswa Indonesia harus mampu mengambil posisi untuk bisa berdaya saing, meningkatkan kemampuan dan memanfaatkan teknologi untuk melahirkan berbagai inovasi dan terobosan.
Nasir mengatakan dalam peningkatan kemampuan mahasiswa untuk memiliki keterampilan siap pakai dan mampu masuk dunia kerja dengan baik setelah lulus dari perguruan tinggi, maka pendidikan di kampus juga harus mendukung.
Untuk itu, dia mengatakan ada sebanyak 6.000 paket beasiswa pendidikan vokasi yang disediakan Taiwan untuk anak-anak Indonesia. Dari 6.000 paket beasiswa itu, sebanyak 1.000 paket beasiswa direncanakan akan diberikan kepada mahasiswa Indonesia pada 2019. Namun, sejak awal 2019 hingga saat ini, dari 1.000 paket beasiswa itu, sebanyak 300 paket telah diberikan kepada mahasiswa Indonesia untuk belajar di Taiwan.
Dalam program beasiswa itu, skema pendidikan yang digunakan ada 2+2 di mana mahasiswa Indonesia terlebih dulu belajar di Indonesia selama dua tahun, lalu setelah itu, akan melanjutkan pendidikan selama dua tahun di Taiwan. Di Taiwan, mahasiswa Indonesia akan praktik di dunia industri.
Dengan skema pendidikan melalui program beasiswa itu, mahasiswa Indonesia diharapkan akan mendapatkan sertifikat kompetensi pada bidangnya seperti pertanian, kelautan, teknologi manufaktur dan kesehatan.
***3***
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019