Medan (ANTARA News) - Petani dalam negeri diminta mengembangkan terus tanaman jagungnya memanfaatkan permintaan yang tinggi atas komoditi itu pada tahun ini yang akhirnya mendorong lonjakan harga jual di pasar luar dan dalam negeri. "Harga jual jagung di pasar internasional pada tahun ini akan semakin tinggi. Bahkan pada kwartal II diprediksi bisa menembus Rp3.650 per kg (harga CIF)," kata Ketua Dewan Jagung Nasional, Tony K Kristianto, di Medan, Jumat. Prediksi harga yang membaik itu, kata dia, sudah terlihat pada sepanjang Januari ini. "Harga jual sepanjang kwartal pertama tahun ini diperkirakan rata-rata Rp3.250 per kg di pasar internasioanl dan Rp2.500 per kg di dalam negeri," katanya dalam diskusi jagung yang digelar PT.Dupont Indonesia bersama Dewan Jagung Nasional yang dihadiri Gubernur Gorontalo, Fadel Muhammad. Harga jual bahkan mencapai angka tertinggi pada kwartal II sebesar Rp3.650 per kg di pasar internasional dan Rp3.500 per kg di dalam negeri. Kalau-pun turun, katanya, harga jual jagung itu diasumsikan paling murah Rp3.100 per kg di pasar luar negeri dan Rp3.000 per kg di dalam negeri. "Harga yang turun itu akan terjadi pada kwartal III dimana ketika itu sedang terjadi masa panen di Amerika Serikat," katanya. Dia menjelaskan, tahun ini, konsumsi jagung di dalam negeri mencapai 8,60 juta ton dimana untuk kebutuhan perusahaan pakan ternak sebanyak 4,10 juta ton, dan masyarakat 4,50 juta ton. Sementara produksi diperkirakan sebanyak 8,60 juta. "Prospek tanaman jagung masih sangat besar karena permintaan terus meningkat di pasar internasional," katanya. Sementara itu, Gubernur Gorontalo, Fadel Muhammad, mengatakan, Indonesia akan bisa mengembangkan tanaman jagung kalau pemerintah provinsi dan kabupaten/kota serius membantu pengembangan komoditi itu. "Petani akan tertarik bertanam jagung, kalau harga jual menguntungkan, Jadi harga itu yang harus dibantu pemerintah untuk tetap terjaga," katanya. Dia menegaskan, pemerintah provinsi/kota dan kabupaten tidak susah melakukan penjagaan harga itu. "Buktinya saya sudah menerapkan di Gorontalo dan hasilnya cukup bagus, petani semakin tertarik mengembangkan tanaman jagung karena harga jualnya bertahan mahal," katanya. Dia memberi contoh, Pemprov Gorontalo menetapkan batas harga terendah untuk jagung itu dewasa ini 1.600 per kg. "Kalau di bawah itu, Pemprov membelinya dengan dana yang berasal dari APBD," katanya. Tahun ini Gorontalo menargetkan bisa menghasilakn 750 ribu ton jagung atau hampir sama dengan produksi Sumut.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008