Madiun (ANTARA News) - Bentrokan kembali terjadi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kelas I Madiun, Jawa Timur, Jumat siang, antara narapidana dengan petugas keamanan Lapas setempat sehingga seorang petugas Lapas mengalami luka serius di bagian kepalanya. Informasi yang diperoleh ANTARA News di lokasi kejadian menyebutkan bentrokan tersebut terjadi pada saat menjelang pelaksanaan sholat Jumat sekitar pukul 11.30 WIB. Pada saat itu, salah seorang petugas keamanan Lapas yang menjadi korban pemukulan para napi, Aris Handoko (40), mengetahui ada salah seorang napi sedang membawa ponsel. Melihat hal itu, petugas tersebut langsung meminta ponsel yang dibawa oleh napi itu dengan alasan peraturan di lapas melarang napi membawa ponsel. Namun napi tersebut menolak memberikan ponsel tersebut kepada petugas. Akibatnya, terjadilah adu mulut di antara kedua belah pihak. Di waktu bersamaan, para napi lainya berdatangan bermaksud membela teman napi yang bertikai dengan petugas keamanan lapas itu. Tiba-tiba, para napi tersebut secara beramai-ramai melakukan penganiayaan terhadap petugas keamanan sehingga mengakibatkan luka serius di bagian kepalanya. Akibat penganiayaan tersebut, sejumlah petugas keamanan setempat berusaha melerai, mamun para napi tersebut terlanjur emosi dan akhirnya terjadilan bentrokan. Bentrokan bisa segera diatasi pada saat sejumlah petugas Kepolisian Resort Kota (Polresta) Madiun bersama dengan petugas Brimob Kompi C Polda Jatim di Madiun mendatangi Lapas Madiun. Kepala Lapas kelas I Madiun, I Wayan Sukerta, mengatakan pihaknya membenarkan jika telah terjadi penganiayaan salah satu petugas kemanan Lapas Madiun. "Petugas saat ini masih dirawat di klinik kesehatan Lapas karena mengalami luka di bagian kepalanya," katanya saat ditemui di Lapas Madiun.Sementara itu, Kapolresta Madiun, AKBP Setija Junianta, mengatakan pihaknya masih melakukan pengecekan siapa napi yang melakukan penganiayaan terhadap petugas lapas tersebut. "Kami akan terus menindaklanjuti kasus ini, sehingga menemukan para pelaku penganiayaan tersebut," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008