Pelaku mengaku ingin belajar agama kepada seorang penumpang ketika perjalanan, saat itulah ia mendapat alamat Padepokan Moghyang di Banten lantas langsung ke sana, lanjut KapendamPalembang (ANTARA) - Pelaku mutilasi seorang kasir minimarket di Kota Palembang Prajurit Dua Deri Permana langsung menuju sebuah padepokan di Kabupaten Serang, Banten untuk belajar agama setelah hampir satu bulan diburu tim gabungan TNI-Polri.
Kapendam II Sriwijaya Kolonel Inf Djohan di Palembang, Jumat, mengatakan hal tersebut terungkap saat pemeriksaan terhadap pelaku Deri Permana usai ditangkap tim Denpom II Sriwijaya di Banten pada Kamis malam (13/6).
"Setelah beraksi pelaku langsung menuju Lampung dengan bus, ketika dalam perjalanan pelaku bertanya kepada sesama penumpang mengenai tempat belajar agama, lalu disarankan ke Padepokan Moghyang Banten, tapi penumpang itu tidak tahu jika Prada Deri baru saja berbuat kriminal," ujar Djohan saat memberi keterangan pers.
Sebelumnya Prada Deri Permana memutilasi seorang kasir minimarket Vera Oktaria pada Jumat (10/5) di sebuah penginapan kawasan Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin, Suamtera Selatan, usai beraksi pelaku langsung kabur.
Pelaku memutilasi korban karena kalut saat korban meminta dinikahi dengan pengakuan sedang hamil, pelaku yang terkejut karena tidak siap menikahi sontak membekap korban sampai meninggal dunia.
Lalu pelaku berusaha menghilangkan jejak dengan mencari-cari alat di dalam penginapan, pelaku menemukan gergaji lantas memotong tangan korban, namun upaya tersebut tidak berhasil sehingga pelaku keluar untuk membeli koper.
Saat kembali dengan sebuah koper, pelaku berusaha memasukkan mayat korban ke dalamnya, lagi-lagi upaya tersebut gagal dan pelaku akhirnya kabur meninggalkan mayat Vera di dalam penginapan menuju Lampung.
"Pelaku mengaku ingin belajar agama kepada seorang penumpang ketika perjalanan, saat itulah ia mendapat alamat Padepokan Moghyang di Banten lantas langsung ke sana," lanjut Kapendam.
Pelaku bahkan langsung bertemu dengan pimpinan padepokan, pada saat itu pimpinan padepokan tidak mengetahui jika Prada Deri adalah buronan TNI kasus pembunuhan.
"Selama di padepokan itu juga pelaku berkomunikasi dengan bibinya, dari situlah kami dapatkan informasi dan langsung mengejar pelaku. Saat ditangkap pelaku tidak melawan," jelas Kapendam.
Dari keterangannya Prada Deri yang berstatus masih pendidikan TNI pada saat beraksi, sempat ingin menyerahkan diri tapi takut luar biasa, pelaku juga mengaku sangat menyesali perbuatannya.
"Penangkapan Prada Deri bukti bahwa TNI-Polri tidak tinggal diam dalam mengungkap kasus yang menyedot perhatian masyarakat Sumsel ini, selanjutnya pelaku akan diperiksa dan diserahkan ke pengadilan militer," demikian Kolonel Inf Djohan.
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019