Singapura (ANTARA News) - Harga minyak terus bergerak naik menuju 90 dolar AS per barel, Jumat, menyusul persetujuan DPR AS atas rencana stimulus ekonomi untuk membantu mengurangi kekhawatiran atas resesi di negara konsumen utama energi dunia itu. Harga minyak di AS naik 29 sen menjadi 89,70 dolar per barel pada 0105 GMT, setelah melonjak hampir 3 persen pada sesi sebelumnya menjadi 89,41 dolar per barel. Kamis, pimpinan kongres dan Gedung Putih mengkonfirmasikan paket stimulus senilai 150 miliar dolar berupa pemotongan pajak untuk keluarga dan insentif untuk investasi bisnis yang ditujukan untuk memperkuat kemampuan ekonomi. "Tadi malam, harga bergerak sebagai reaksi atas rencana stimulus, meski secara fundamental berita menunjukkan pelemahan," kata Takeda Makota, Asisten manajer di Bansei Securities, kepada AFP. Munculnya kekhawatiran krisis perumahan murah yang meluas dapat mendorong AS menuju resesi dan menekan pertumbuhan permintaan minyak yang menyeret harga turun dari puncaknya di atas 100 dolar AS per barel pada awal Januari. Kuatnya pergerakan di bursa dunia mengindikasikan harga minyak naik, cukup berimbang dengan penurunan data cadangan AS, yang menunjukkan bahwa pasokan minyak mentah dom4estik naik 2,3 juta barel pekan lalu, jauh di atas perkiraan analis. Cadangan bensin di AS naik 5 juta barel, di atas perkiraan, sedang minyak hasil olahan tergelincir 1,3 juta barel, menurut Lembaga Energi Internasional (EIA). Kalangan analis mengatakan lembaga pendanaan dan spekulator telah menutup posisi mereka dalam perdagangan minyak dan komoditas untuk melindungi keuntungan dan membiayai kerugian di pasar saham, yang memberi sumbangan atas kerugian selama sepekan. Direktur Eksekutif EIA mengungkapkan kekhawatirannya mengenai kekuatan ekonomi dunia dan mengatakan negara produsen minyak dapat membantu situasi ini dengan meningkatkan produksi. Menteri perminyakan Irak, Kamis, mengatakan pasar minyak memperoleh pasokan yang cukup, Dia menambahkan pihaknya belum berfikir perlunya Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyesuaikan tingkat produksi, yang disuarakan oleh anggota OPEC pekan ini. OPEC akan bertemu 1 Februari untuk menyiapkan kebijakan produksi. Banyak analis percaya organisasi ini akan menahan kenaikan produksi. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008