Cimahi (ANTARA News) - Wabah demam berdarah dengue (DBD) menyerang warga Kota Cimahi dan hingga Kamis sore 54 pasien masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) setempat, 10 diantaranya adalah anak di bawah umur 10 tahun.
Dari 54 penderita itu, 45 orang adalah warga Kota Cimahi, sebagian kecil lainnya berasal dari tiga kecamatan di Kabupaten Bandung Barat (KBB), dan sisanya berasal dari Kota Bandung.
Seorang Kepala Perawat Jaga di RSUD Cibabat, Eli Suherman, mengatakan bahwa pihaknya telah mempersiapkan berbagai kemungkinan termasuk apabila terjadi ledakan jumlah pasien, diantaranya dengan menyiapkan tempat tidur dan mendatangkan perawat tambahan.
"Berdasar asumsi pertambahan jumlah pasien yang terus merangkak naik sejak sepekan terakhir, tidak tertutup kemungkinan penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti itu menyerang warga terlebih Kota Cimahi adalah endemi DBD," katanya menjelaskan.
Kepala Bidang Pelayanan RSUD Cibabat yang juga Ketua Tim Penanggulangan Kasus DBD dan Diare, drg Sonja HR, menyatakan bahwa pihaknya siaga mengantisipasi pertambahan jumlah pasien DBD.
Sejak keadaan pasien DBD mulai melebihi 20 orang, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak termasuk dengan pihak penyedia obat-obatan untuk menambah jumlah persediaan berbagai jenis obat bagi pasien DBD.
Pada awal 207 lalu, Pemkot Cimahi pernah menyatakan Kondisi Luar Biasa (KLB) DBD, meninjau lebih dari 300 orang warga Kota Cimahi serta beberapa orang dinyatakan meninggal dunia dalam jangka waktu 30 hari akibat terkena penyakit mematikan itu.
Sebelumnya Pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkot Cimahi, menyatakan sekitar 1.800 rumah warga Kota Cimahi merupakan endemi DBD sekaligus tempat berkembang biaknya nyamuk tersebut.
Kadinkes Pemkot Cimahi, Dr Hj Endang Kusumawardhani mengatakan, pihaknya terus melakukan pencegahan penyebarluasan penyakit DBD itu dengan meningkatkan peran aktif warga dalam menjaga sanitasi lingkungannya.
"Bagaimanapun perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti ini lebih disebabkan buruknya pemeliharaan lingkungan tempat tinggal warga, dan sanitasi lingkungan yang buruk itu juga terjadi pada rumah yang permanen," katanya menandaskan.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008