Sydney (ANTARA News) - Indonesia yang kaya akan dalang dan seniman wayang kulit karena merupakan warisan budaya leluhur secara turun temurun sudah sepatutnya mulai masuk ke budaya film animasi dunia, kata seniman serba bisa Indonesia yang menetap di Sydney, Jumaadi. "Seharusnya wayang kita bisa masuk ke animasi dunia. Untuk itu, `arts management` (manajemen seni-red) kita harus diperkuat. Sudah saatnya kita membawa wayang kita ke dunia," katanya kepada ANTARA News yang menemuinya di sela acara penyerahan tiga karya lukis Charles Billich untuk Indonesia di Sydney, Kamis malam. Jumaadi yang dikenal luas kalangan pencinta seni maupun para pendidik dari ratusan sekolah di Australia sebagai pelukis dan pendongeng ini melihat wayang Indonesia belum menembus budaya film animasi padahal hal itu akan mengangkat dan semakin memperkaya warisan budaya Nusantara. Seniman yang terkenal dengan julukan "the buffalo boy" (anak pengembala kerbau) yang juga pemimpin "Rumah Budaya" dan Wayang Dongeng Indonesia" itu mengatakan, Indonesia patut mengikuti jejak banyak negara maju, termasuk Australia, dalam membantu pengembangkan kreatifitas berkesenian rakyatnya. Di Australia, terdapat dewan kesenian dan kementerian bidang seni dimana para seniman negara itu bisa mengajukan pendanaan sehingga mereka dapat mengembangkan kreatifitas berkesenian mereka dengan lebih baik, kata penerima penghargaan "The Blake Prize 2007" dalam kategori "emerging artists" untuk karya lukis religinya berjudul "Whisper" itu. Dalam konteks pengenalan dan pembangunan citra Indonesia di luar negeri, seniman asal Sidoarjo, Jawa Timur, yang mengajar masalah pemetaan memori di Sekolah Seni Nasional di Sydney itu melihat pentingnya Indonesia memiliki "public relations" (hubungan masyarakat) yang handal, termasuk para senimannya yang berkarya di luar negeri. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Perancis justru sangat diuntungkan dengan diplomasi budayanya yang baik di luar negeri, katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008