Medan (ANTARA News) - Meski harga crude palm oil (CPO) menjelang akhir pekan ini mulai turun lagi atau tinggal 3.090 Ringgit Malaysia per ton setara 946 dolar AS per ton, namun harga itu tercatat tertinggi dalam sejarah persawitan dunia. "Dulu, harga tertinggi CPO terjadi pada tahun 1984 dengan harga 750 dolar AS per ton. Diperkirakan harga CPO tahun ini masih bertahan tinggi akibat didorong berbagai faktor," kata Ketua Harian Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia(Gapki), Derom Bangun, Kamis. Harga CPO awal pekan, kata dia, bahkan sempat menyentuh 1.070 dolar AS per ton di Rotterdam atau 3.389 Ringgit Malaysia per ton di Kuala Lumpur yang dipicu oleh harga jual minyak bumi yang sempat menyentuh 100 dolar AS per barel. Sementara penurunan harga CPO menjelang akhir pekan ini, juga mengikuti turunnya harga minyak bumi yang menjadi 86 dolar AS per barel. "Penurunan harga ekspor CPO juga langsung diikuti turunnya harga di Indonesia dimana harga tender di Jakarta sudah turun sekitar Rp700 setiap kilogram," katanya. Dengan penurunan harga CPO di pasar internasional dan dalam negeri, kata dia, seharusnya juga sudah diikuti penurunan harga minyak goreng. Pengamatan ANTARA, harga minyak goreng kuning curah di pasar Medan, masih bertahan pada kisaran Rp11.000 per kg dari sebelumnya Rp10.500 per kg dengan dalih pedagang harga tebus dari pabrikan belum turun lagi. Wakil Kepala Dinas Perindag Sumut, Rommel Sembiring, mengatakan harga tebus minyak goreng di pabrikan selalu disesuaikan produsen dengan harga jual CPO. "Makanya harga tebus selalu berubah-ubah mengikuti fluktuasi harga bahan baku CPO-nya," katanya. Di Sumut, kata dia, meski harga jual mahal, pasokan minyak goreng di daerah itu mencukupi sehingga tidak terjadi gejolak begitu berarti akibat banyaknya barang dengan distribusi yang lancar. "Gejolak itu juga tertekan dengan dilakukannya pasar murah dan termasuk program penyaluran minyak goreng bersubsidi yang dilakukan pemko/pemkab di Sumut," katanya. Sumut tahun 2007, mendapat alokasi 400 ribu liter yang penggelontorannya berlangsung hingga Januari ini. Sebelumnya, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Ardiansyah Parman, ketika berada di Medan, menyatakan, pemerintah berencana menambah alokasi dana untuk program penekananan harga minyak goreng yang termasuk di dalamnya program penyaluran minyak goreng bersubsidi. "Harus diakui, harga jual CPO di luar negeri langsung terpengaruh dengan harga minyak goreng di dalam negeri," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008