...diharapkan bisa menjadi salah satu sumber pangan dengan gizi Zinc

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) dalam upaya membantu mengatasi stunting (kerdil) menggencarkan diseminasi benih padi Inpari IR Nutri Zinc yang dikembangkan enam kabupaten di Jawa Barat.

"Varietas unggul baru (VUB) yang dilepas pada awal tahun 2019 tersebut diharapkan bisa menjadi salah satu sumber pangan dengan gizi Zinc," kata Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Priatna Sasmita dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis.

Dikatakannya, pengembangan Inpari IR Nutri Zinc merupakan bagian dari implementasi atas arahan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman saat Rakor Unit Pelaksana Teknis Lingkup Kementan beberapa waktu lalu agar kebun percobaan yang ada terus dikelola menjadi agen perubahan, agen pembaharu.

Selain itu, lanjut dia, juga menjadi contoh bagi petani/calon pengguna sekaligus membuktikan keunggulan inovasi yang dihasilkan untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna.

Enam kabupaten di Jawa Barat menjadi lokasi pengembangan padi jenis itu adalah di Cirebon, Majalengka, Indramayu, Subang, Purwakarta, dan Karawang. Kabupaten tersebut menyatakan siap mengembangkan benih yang resmi diluncurkan melalui SK Menteri Pertanian No.168/HK.540/C/01/2019 tersebut.

Inpari IR Nutri Zinc memiliki kandungan Zn 29,54 ppm (sekitar 23 persen lebih tinggi daripada Ciherang), potensi kandungan Zn 34,51 ppm, rata-rata hasil: 6,21 ton per hektare (setara Ciherang), potensi hasil: 9,98 ton per hektare umur 115 hari setelah semai, tekstur nasi pulen, agak tahan wereng coklat biotipe 1 dan 2, agak tahan hawar daun bakteri strain III, agak tahan tungro isolat Garut dan Purwakarta, serta tahan blas strain 033, 073, dan 133.

“Hasil inovasi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian tentunya tidak bisa dikembangkan sendiri, tetapi perlu bersinergi dengan pihak lain dalam upaya percepatan di tingkat adopsi dan implementasinya" katanya.

Ia berharap benih padi tersebut mulai bisa dikembangkan pada musim tanam depan, dengan asumsi kebutuhan benih 20 kilogram per hektare dan produksi benih sebar empat ton per hektare, maka dari 2,5 ton benih tersebut harapannya dapat ditanam oleh para penangkar pada luasan 125 hektare, dan menghasilkan sebanyak 500 ton benih sebar.

Jumlah ini nantinya akan mencukupi kebutuhan benih untuk ditanam petani seluas 25.000 hektare.

Dengan demikian, jika pada tahap awal saja sudah bisa memenuhi kebutuhan benih untuk luasan 25.000 hektare, selanjutnya tidak terlalu sulit dalam penyediaan benih sumber dan benih sebar mengacu pada target luasan pengembangannya.


Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019