Kupang (ANTARA News) - Suhu air laut di wilayah perairan Nusa Tenggara Timur (NTT) menunjukkan anomali negatif sehingga menghambat pertumbuhan awan. "Suhu air laut dalam bulan Januari ini lebih dingin atau menunjukkan anomali negatif sehingga menghambat pertumbuhan awan yang memungkinkan terjadinya hujan," kata Kepala Badan Meteorologi Stasiun El Tari Kupang, Albertus Kusbagio di Kupang, Kamis. Ia mengemukakan pandangannya tersebut ketika ditanya tentang rendahnya curah hujan di NTT tahun ini yang menyebabkan sebagian wilayah di provinsi kepulauan ini mengalami kekeringan. Tanaman jagung di wilayah Timor Tengah Utara (TTU) dan Belu dilaporkan sudah terserang hama belalang dan mulai mengering karena tidak lagi turun hujan. "Hama belalang ini akan menghilang jika hujan turun secara beruntun. Upaya penyemprotan sudah dilakukan tetapi tampaknya tidak memberi hasil yang maksimal," kata Wakil Bupati TTU, Raymundus Fernandez. "Banyak tanaman jagung yang mati karena hujan tak datang lagi, namun stok pangan masyarakat masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," tambah Bupati Belu, Joachim Lopez. Kusbagio menjelaskan, suhu udara di NTT saat ini terasa cukup panas dan gerah karena kumpulan awan tebal yang bertebaran di angkasa tidak mendatangkan hujan. "Jika terjadi hujan pun sifatnya lokalan berdasarkan ketebalan awan yang memungkinkan turunnya hujan," ujarnya. Ia menambahkan, hujan yang turun tidak merata dalam beberapa pekan terakhir selain karena pengaruh anomali negatif suhu air laut, juga karena pengaruh adanya tekanan udara yang mencapai 1005 milibar (Mb) di utara Australia. Tekanan udara tersebut ikut membantu pertumbuhan awan, namun tidak optimal karena masih lemahnya kecepatan angin di pusat tekanan rendah pada kisaran antara 15-20 km/jam dengan tinggi gelombang hingga batas maksimal sekitar 1,5 meter, katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008