"Untuk itu kami berani memperkenalkan proyek properti di Bali kepada publik tanggal 29 Juni mendatang bertempat di Grand Orchradz Hotel Jakarta Pusat," kata Satya yang juga menjabat sebagai Direktur Marketing Permata Graha Land Group saat dihubungi, Rabu.
Satya menjelaskan meskipun proyek vila yang dibangunnya tidak terbilang murah, namun sejauh ini minat dari masyarakat terutama warga Jakarta untuk berinvestasi di Bali sangat besar. Hal itu terlihat dari separuh unit yang dibangunnya sudah laku terjual.
Satya mengatakan tingginya minat warga Jakarta membeli vila juga karena mempertimbangkan lokasinya yang berada di kawasan wisata premium yang menjadi rujukan wisatawan menengah atas seperti Alila Villas Uluwatu, Bulgari Resort, The Edge dan Ungasan Clifftop Resort.
"Villa Ratnamaya sengaja hanya kami bangun 20 unit saja karena mempertimbangkan daya serap pasar untuk segmen menengah atas yang ingin mendapatkan pendapatan dari sewa," ujar Satya.
Satya Adi optimistis akan mampu menjual habis proyek tersebut sebelum tahun 2019 berakhir.
Satya mengungkapkan harga sewa vila di daerah Pecatu dan Uluwatu permalamnya saat ini bisa mencapai Rp14 juta.
Melihat tingginya minat wisatawan, baik nasional maupun internasional yang berkunjung ke Bali, Satya yakin pemilik vila bisa mendapatkan passive income sekitar Rp50 hingga Rp90 juta per bulan.
“Perlu diketahui bahwa ada juga kebiasaan wisatawan asing, seperti dari Rusia dan China mereka menginap hingga beberapa bulan di satu vila di Bali,” ujar Satya.
Baca juga: Pengusaha properti didenda Rp7,4 miliar terbukti manipulasi SPT
Baca juga: Investasi properti semakin bergairah usai pengumuman hasil Pemilu
Baca juga: Kemendag : Broker properti harus bersertifikasi profesi
Baca juga: Pencarian rumah lewat internet saat sahur meningkat di bulan Ramadhan
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019