Kairo (ANTARA News) - Presiden Mesir Hosni Mubarak pada Rabu menyatakan mengizinkan warga Palestina menyeberang dari Jalur Gaza ke Mesir untuk mendapatkan bahan pokok, asalkan mereka tidak bersenjata. "Saya mengatakan membolehkan mereka membeli keperluan dasar dan pulang ke Gaza selama mereka tidak membawa senjata atau apa pun tidak sah," katanya kepada wartawan di Kairo. Puluhribuan warga Gaza mengarus ke Mesir pada Rabu sesudah pejuang membuat sedikit-dikitnya 15 ledakan dan membuat lubang di perbatasan dengan wilayah Palestina dikuasai Hamas itu. Bagian dari tembok perbatasan itu, yang memisahkan Mesir dengan Jalur Gaza, hancur dan memungkinkan warga Palestina secara bebas masuk Mesir, kata sumber keamanan. "Mereka menuju Kota Rafah, tempat mereka mencari makanan, bahan bakar dan rokok," katanya dikutip media transnasional. Sekitar 2000 anggota pasukan keamanan Mesir di perbatasan itu tidak menghalangi, tapi semua jalan di Rafah ditutup dalam usaha mengendalikan mereka, tambah sumber tersebut. Saksi Palestina menyatakan pasukan keamanan Mesir tidak ikut campur. Tindakan warga Palestina itu terjadi beberapa jam setelah ketegangan mereda di perlintasan perbatasan Rafah, tempat bakutembak meletus setelah sekelompok Hamas, yang berunjukrasa, memaksa masuk. Warga Gaza, sebagian besar wanita, ditahan pasukan Mesir, tapi kemudian dibebaskan setelah unjukrasa di perbatasan itu dibubarkan polisi Hamas bersenjatakan pentungan. Mereka berunjukrasa terhadap blokade Israel selama sebulan atas wilayah miskin itu, yang diperketat Kamis dengan blokade penuh, dengan Israel menghentikan semua pengiriman bahan bakar dan bahkan bantuan kemanusiaan. Pemerintah, yang dikuasai Hamas, di Gaza berulangkali mengimbau Mesir membuka perbatasannya untuk menembus blokade Israel, yang bertujuan menghentikan serangan roket dan mortir dari wiayah itu ke daerah terdekat Israel. Pemimpin kawakan itu menyatakan mengambil langkah itu untuk membebaskan rakyat Palestina dari blokade berbulan oleh Israel atas wilayah miskin itu, yang menjadi mutlak tertutup enam hari lalu. "Rakyat Palestina lapar akibat blokade Israel dan pasukan keamanan Mesir mengawal mereka untuk membeli kebutuhan pokok mereka dan kemudian mereka kembali ke Jalur Gaza," kata Mubarak. Ia mengatakan bahwa untuk memecahkan masalah di Gaza, gerakan Fatah Mahmud Abbas dan kelompok Islam Hamas harus mengatasi perbedaan mereka. "Harus ada persetujuan di antara rakyat Palestina. Mereka harus saling dengar. Sebaiknya, masing-masing kelompok tidak secara sepihak menguasai sebagian wilayah Palestina," katanya. "Perbedaan berlanjut di antara mereka adalah yang diharapkan musuh," katanya pada dibuka Pesta Buku Antarbangsa Kairo. Badan kemanusiaan antarbangsa terus memberikan peringatan akan malapetaka kemanusiaan jika Israel tetap menutup Gaza bagi semua barang, termasuk kebutuhan pokok. "Blokade itu adalah malapetaka besar kemanusiaan dan kami meminta Israel segera mencabut semua tindakan balas dendam itu," kata Dorothea Krimitsas, jurubicara Palang Merah Dunia, di Jenewa. Pada Selasa, sidang mendadak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa gagal mengeluarkan pernyataan mengenai kemelut Gaza menyangkut dampak blokade itu dan penembakan roket pejuang Palestina ke Israel. Libya, ketua dewan itu bulan ini, mengajukan rancangan menyeru Israel mengahiri blokade tersebut dan memberi jalan tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina," kata salinan naskah itu, yang diperoleh kantor berita Prancis AFP.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008