Masyarakat tak sungkan terlibat langsung menyukseskan program-program
Kampar, Riau (ANTARA) - Dua dekade silam, tanah berbukit itu hanya hamparan ilalang. Hanya mereka yang bernyali petualang yang berani datang. Tidak ada tanaman kehidupan selain hamparan padang. Kosong, seperti tak ada harapan.
Namun kini, tanah itu menjadi sumber kehidupan. Dia bertransformasi menjadi ladang yang menjamin masa depan. Tempat anak-anak dan generasi bangsa menyusun masa depan.
Tanah itu kini bernama Gunung Sari. Sebuah desa di pedalaman Kabupaten Kampar yang sarat prestasi. Menjadi desa yang membanggakan dan menjadi panutan.
Gunung Sari adalah satu dari sembilan desa yang masuk dalam administrasi Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Dari Kota Pekanbaru, desa itu dapat ditempuh melalui jalur darat sejauh 150 kilometer.
Hingga Mei 2019, desa itu dihuni 1.776 kepala keluarga atau 5.220 jiwa. Mayoritas masyarakatnya merupakan petani sawit dengan rata-rata memiliki lahan di atas dua hektare, dan sebagaian kecil pekebun karet.
Gunung Sari sendiri ditetapkan sebagai desa definitif pada 15 Desember 1992. Sebelumnya, desa itu merupakan perkampungan transmigran asal Pulau Jawa yang mengikuti program Presiden ke-2 RI, Soeharto.
"Dulu desa ini hamparan tanah kosong yang hanya ditumbuhi ilalang," kata Supriana, warga setempat.
Supriana mengatakan orang tuanya mengikuti program transmigrasi ke Gunung Sari pada 1983. Mereka semua berasal dari Provinsi Yogyakarta. Di sana, mereka kemudian diberi lahan seluas dua hektare.
Seiring berjalannya waktu, desa itu terus berkembang pesat. Bahkan, diklaim menjadi desa dengan perkembangan terbaik se-Kabupaten Kampar.
Kini, Gunung Sari dipimpin oleh kepala desa yang usianya masih sangat belia. Dia bernama Indra Kurniawan, umurnya baru menginjak 26 tahun.
Indra resmi menjadi Kepala Desa pada awal Januari 2018. Belum genap setahun, desa yang ia pimpin memperoleh sederet prestasi membanggakan. Salah satunya adalah penghargaan desa terbaik dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi pada November 2018.
Penghargaan itu berhasil direngkuh berdasarkan pengukuran Indeks Desa Membangun (IDM).
Penghargaan itu menempatkan Gunung Sari menjadi satu dari 33 desa terbaik nasional. Kerja keras itu berbuah pengakuan dan gelontoran anggaran. Nilainya mencapai Rp150 juta.
"Banyak kaitannya kenapa kita dapat IDM. Banyak indikator. Seperti sumber daya manusia, infrastruktur dan ekonomi," kata lulusan Manajemen, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu.
Indra pun membuka rahasia bagaimana Desa yang ia pimpin itu kini menyandang status desa mandiri, yang selangkah lagi menjadi desa maju.
Konsep pertama adalah kekompakan. Dia mengatakan sejak awal berdiri hingga saat ini, masyarakat desa selalu menjaga kekompakan dan kebersamaan. Sehingga, setiap program dapat berjalan baik tanpa hambatan.
Masyarakat, kata dia, selalu mendukung program pemerintah desa. Masyarakat juga tak sungkan terlibat langsung menyukseskan program-program itu.
Untuk membangun dan menjaga kekompakan, pemerintah desa juga selalu mengedepankan keterbukaan informasi.
Setiap rencana pembangunan desa yang telah disusun, selalu dikomunikasikan dan ditampilkan kepada publik melalui baliho ukuran raksasa. "Sehingga tidak timbul seperti kecurigaan karena kita selalu terbuka," ujarnya.
Selain itu, dia juga menjelaskan pemerintah desa terus menjalin komunikasi dua arah. Komunikasi itu terjalin dengan kegiatan rapat antar-RW, dusun, hingga desa yang dilakukan secara rutin dan berkesinambungan tiap bulan.
Komunikasi antarwarga dan pemerintah desa juga terjalin apik dengan kegiatan gotong-royong setiap Jumat.
Arisan masyarakat turut menjadi sarana untuk menyatukan warga dan menjaga persaudaraan sesama. "Dengan kegiatan itu semua akan terus produktif," tuturnya.
Lebih jauh, Indra menuturkan pemerintah desa selalu melaporkan anggaran dana desa yang terserap setiap akhir tahun melalui laporan pertanggungjawaban (LPJ) kepada masyarakat.
Musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) desa yang digelar tiap dua kali setahun juga terus melibatkan akar rumput sehingga aspirasi dapat terus ditampung dengan baik.
"Alhamdulillah sekarang desa ini menjadi yang paling baik perkembangannya dibanding desa lain di Kecamatan Gunung Sahilan. Infrastruktur ada, fasilitas umum sekolah dari TK hingga SMA serta Puskesmas juga tersedia," urainya.
Untuk menyongsong status menjadi Desa Maju pada 2019 ini, Indra pun mengatakan telah merencanakan Gunung Sari disulap menjadi desa sentra agro wisata. Ribuan bibit kelengkeng kristal dan jambu dalhari telah diberikan secara gratis kepada warga.
Masyarakat pun bisa menanam buah-buahan tropika yang sangat berharga itu di halaman rumah mereka. Memanfaatkan ruang terbuka, hingga menjadi nilai tambah bagi keluarga.
Program itu telah dijalankan dua tahun lalu, dan 2019 ini masyarakat Gunung Sari tinggal menunggu waktu untuk memetiknya.
Sesuai rencana, seluruh buah tersebut nantinya akan dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Karya Usaha. Badan usaha milik desa itu akan mencarikan alternatif pemasaran dan akan mengolahnya untuk menambah pendapatan.
Selama ini, dia mengatakan BUMDes hanya menjalankan unit usaha simpan pinjam yang kurang menguntungkan. Namun, ke depan dia optimistis masyarakat Gunung Sari sendiri yang akan turut memajukan BUMDes Karya Usaha dalam menjawab tantangan.
Seluruh program pemerintah desa yang mengantarkan Gunung Sari meraih pengakuan skala nasional yang begitu membanggakan itu mendapat dukungan penuh masyarakat.
Mereka semua terus bahu-membahu di desa yang penduduk miskinnya hanya tercatat kurang dari 28 orang itu untuk bertransformasi menjadi desa maju.
Gunung Sari selain memperoleh pengakuan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi juga mendapat penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam Program Desa Kampung Iklim.
Penghargaan sebagai bentuk pengakuan KLHK atas keberhasilan menjaga lingkungan dengan baik itu menambah daftar prestasi Gunung Sari sebagai desa.
Baca juga: Nagari Tiku Selatan semangat membangun wisata bahari
Baca juga: Nagari Baringin bangun desa dengan semangat gotong-royong
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019