Jakarta (ANTARA News) - Probo Pramono Muliadi (19), mahasiswa Universitas Bina Nusantara, Jakarta, berhasil kabur dari sekapan kawanan penculik kendati dengan kondisi babak belur. Kepada wartawan di Jakarta, Rabu, Sutarno Muliadi (49), ayah Probo mengatakan, anaknya berhasil kabur dari sekapan para penculik di Citayam, Depok, Jawa Barat, Selasa (22/1) sore. Korban diculik Senin (21/1) sekitar pukul 15.00 WIB ketika hendak pulang ke rumah usai kuliah ketika berada di Jl Gajah Mada, Jakarta Barat. "Saat ini polisi masih menyelidiki di lokasi penyekapan dan para pelaku penculik anak saya masih dalam pengejaran," ujar Sutarno. Ia mengaku sangat bersyukur kalau anaknya dapat ditemukan dalam keadaan hidup dan kini masih dalam perawatan medis karena luka-luka memar setelah dianiaya kawanan penculik. "Anak saya seperti dihipnotis karena menurut saja saat empat pemuda menghampirinya ketika turun dari bus kota," katanya. Menurut warga Taman Sari, Jakarta Barat ini mengatakan, anaknya lalu dibawa pergi dengan naik taksi warna putih. Pada malam harinya sekitar pukul 20.00 WIB, kawanan penculik menghubungi Sutarno untuk minta menyerahkan uang tebusan Rp300 juta dalam waktu 12 jam. Kawanan penculik juga mengancam agar tidak melapor polisi kalau Probo ingin tetap hidup. Namun, Sutarno tidak menuruti permintaan uang tebusan itu dan malah melapor ke Polda Metro Jaya Selasa (22/1) sekitar pukul 08.00 WIB. Setelah menerima laporan resmi, sejumlah anggota Satuan Kejahatan dengan Kekerasan (Jatanras) Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya langsung dikerahkan untuk melakukan penyelidikan dan memburu para pelaku penculikan. Namun Selasa (22/1) sekitar pukul 16.00, Probo menelepon ke rumahnya dan menyatakan bahwa ia berhasil kabur dari sekapan para penculik dan saat itu berada di Citayam. Probo pun naik angkutan umum ke arah Depok dan melapor ke polisi di pos polisi Stasiun Depok dan Rai tempat itulah, Sutarno menjemput anaknya. Wajah, telinga dan tangan korban terlihat bengkak sedangkan HP dan dompet dirampas para tersangka. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008