Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, memperkirakan kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot akan mencapai level Rp9.350 per dolar AS setelah terpuruk hingga mendekati angka Rp9.500, menyusul langkah bank sentral AS (The Fed) menurunkan suku bunganya dari 4,25 persen menjadi 3,5 persen.
"Penurunan bunga The Fed sebesar 75 basis poin yang di luar perkiraan, berdampak positif terhadap rupiah yang diperkirakan menguat hingga mencapai level Rp9.350 per dolar AS," katanya di Jakarta, Rabu.
Rupiah pada sesi pagi menguat mencapai Rp9.405/9.415 per dolar AS (sebelumnya sempat menyentuh level Rp9.400), karena sentimen positif dari pasar eksternal cukup signifikan.
Menurut dia, rupiah berpeluang untuk terus menguat hingga di bawah angka Rp9.400 per dolar AS. Kalau rupiah positif, maka Bank Indonesia (BI) akan membiarkan rupiah terus menguat mengikuti kehendak pasar, katanya.
Rupiah, lanjut Edwin Sinaga yang juga Direktur Utama PT Finance Corpindo, dalam waktu lama berada di bawah level Rp9.400 per dolar AS, karena tingkat suku bunga rupiah yang tinggi dibanding dolar AS mendorong minat pelaku asing menempatkan dananya di pasar domestik.
"Kami memperkirakan BI juga akan mengambil kebijakan serupa untuk menurunkan suku bunga, hanya menunggu waktu yang tepat sambil mengamati perkembangan inflasi," katanya.
Ditanya mengenai berkurangnya profitabilitas bank, menurut dia hal ini wajar, karena dana pihak ketiga yang diperoleh bank kemungkinan tidak sebesar pada tahun lalu.
Hal ini disebabkan pelaku pasar cenderung bermain di pasar saham yang memberikan gain lebih besar, ucapnya.
Selain itu, lanjut dia, turbulensi (gejolak) domestik dan global akan menahan pertumbuhan ekonomi nasional, karena aktivitas usaha di pasar eksternal berkurang yang cenderung berlanjut ke resesi.
Untuk itu perbankan diperkirakan akan berusaha mengalihkan usahanya ke sektor yang lebih memberikan pendapatan, misalnya ke sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM), ucapnya.
Mengenai BI Rate yang ditargetkan sebesar 7,5 persen pada tahun ini, menurut dia, akan tercapai setelah The Fed menurunkan suku bungannya sebesar 75 basis poin.
Peluang BI untuk menurun BI Rate cukup besar dan kemungkinan akan diturun pada Juni atau Juli sebesar 25 basis poin, ucapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2008