Batam (ANTARA News) - Suku Utan, di Dusun Sungai Sadap, Kelurahan Rempang, Kecamatan Galang, Kota Batam, populasinya tinggal 13 jiwa dari 7 keluarga, atau hampir punah, padahal pada 30 tahun silam masih 70 keluarga. Walikota Batam Ahmad Dahlan, Selasa, seusai bersilaturahmi kepada warga suku asli itu mengatakan akan mengusahakan supaya keberadaan mereka berlanjut, antara lain dengan membangunkan perumahan yang layak. Selain sehat, rumah itu akan dibuat dengan sekat-sekat antara ruang keluarga, kamar tidur, dapur, kamar mandi, tempat cuci, sehingga tidak seperti sekarang, satu ruang untuk semua fungsi. Rumah yang akan dibangun pemerintah bisa juga berbentuk panggung dan tidak menggunakan atap seng, setelah pada 1980-an rumah-rumah bantuan dengan atap bukan rumbia ditinggalkan penerimanya sebab merasa kegerahan. Walikota. yang naik sampan bermotor dengan beberapa kepala dinas, ketika bersilaturahmi dengan warga Suku Utan menawari anak-anak usia sekolah dasar untuk dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah, termasuk untuk pemondokan dan keperluan orangtua asuh. "`Gen` (Tidak)," kata Lilin, nenek Bahrum ketika tawaran itu dikemukakan Walikota Batam. Berkerumun di halaman sebuah rumah papan tua pada hutan di dusun perbukitan itu, Bahrum (10) sang anak, tersenyum dan mengangguk, begitu pun kakeknya, Kosot mengiyakan, tetapi neneknya mengatakan, jangan. Penolakan itu tidak memupus harapan pemimpin eksekutif Kota Batam. Walikota kepada wartawan mengatakan akan mencoba menawari pendidikan sekolah dasar gratis tidak di pusat kota, melainkan cukup di SD 009 Kelurahan Rempang Cate, seberang Sungai Sadap yang berjarak 15 menit dengan sampan bermotor melalui hutan bakau dan laut. Di Rempang Cate akan disediakan pemondokan dan orangtua asuh yang bisa saja lurah, ketua RT, atau ketua RW. Suku Utan, termasuk suku asli Kota Batam selain Suku Laut. Menurut sastrawan Samson Rambah Pasir, Suku Utan, berasal dari Yunan, dan tercatat keberadaannya pada 3.000-2.000 sebelum Masehi, atau jauh lebih tua dari Suku Melayu Riau yang keberadaannya baru mulai 200-300 sesudah Masehi. Suku Utan di Pulau Rempang, berbahasa Melayu dialek Galang, mulai 1980-an menetap di perbukitan Sungai Sadap dengan perumahan panggung yang letaknya terpencar. Pada zaman dahulu mereka berpindah-pindah ladang dan rumah. Tradisi itu masih berlanjut sampai sekarang. Rumah ditinggal penghuninya ketika ada anggota keluarga yang meninggal. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam Muslim Bidin, pada 1970-an warga Suku Utan diislamkan oleh Batin (Penghulu) Bidin. Pernah, katanya, dan untuk warga itu dibangunkan 35 rumah, tetapi karena atapnya terbuat daru seng, tak satu pun yang ditempati. Karakter lain dari suku itu adalah tidak biasa hidup dalam satu kompleks di satu kelompok. Warga Suku Utan di Sungai Sadap akhir-akhir ini kesulitan mencari nafkah setelah pemerintah tegas melarang pembabatan kayu bakau yang semula menjadi salah satu pokok nafkah, selain dari hasil hutan, ladang dan mengail kepiting di hutan mangrove (bakau) ketika air surut. Untuk menjamin keberlangsungan Suku Utan, Walikota Batam mengatakan akan mengatur supaya mereka tidak tergusur pendatang/pengusaha perkebunan komoditas bernilai ekonomi tinggi di antaranya buah naga yang kini mulai menjamur.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008