"Beberapa waktu lalu kami sudah luncurkan sekitar enam ton beras gogo wangi sebagai usaha baru yang dirintis BUMDes Mada Ole," katanya kepada Antara di Kupang, Selasa.
Ia mengapresiasi upaya pemerintah dan pengelola BUMDes Mada Ole di Desa Wetana Kecamatan Lamboya tersebut yang menurutnya berhasil mengelola potensi kekayaan alam sebagai sumber kekuatan ekonomi desa dengan dukungan program dana desa.
Ia menjelaskan, beras kelas premium yang dihasilkan itu dijual dengan harga Rp13 ribu/kilogram dan disalurkan ke instansi di daerah setempat, salah satunya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Waikabubak.
"Jadi usahanya sudah bagus sekali, sudah mendatangkan keuntungan, dan BUMDes ini merupakan salah satu yang akan diperkuat sebagai unggulan dari NTT," katanya.
Ia mengatakan, pemerintah provinsi sesuai arahan gubernur setempat menargetkan akan membentuk sebanyak 100 BUMDes unggulan yang mengelola berbagai potensi di desa masing-masing.
Sinun mengatakan pihaknya saat ini sedang melakukan seleksi dari sekitar 200 BUMDes yang didaftarkan dari 21 kabupaten untuk dikembangkan sebagai unggulan.
"Nanti dari 200 ini kami akan tetapkan 100 BUMDes yang akan diperkuat sehingga betul-betul menjadi unggulan," katanya.
Ia menyebut beberapa BUMDes yang sukses mengelola potensi lokal sebagai sumber ekonomi seperti BUMDes di Desa Kufeu Kabupaten Malaka yang mengelola kelor, BUMDes di Desa Lapale Kabupaten Sumba Barat yang mengelola objek wisata Lapale Hills, dan lainnya.
"Jadi kami terus dorong agar BUMDes-BUMDes kita dikelola dengan prinsip bisnis yang mampu mendatangkan keuntungan bagi pembangunan di desa," katanya.
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019