Jakarta (ANTARA News) - Pemanfaatan kapasitas (utilisasi) industri tahu tempe anjlok sekitar 60-65 persen dalam 6-7 bulan terakhir menyusul naiknya harga kacang kedelai di pasar internasional yang berdampak pada naiknya harga kedelai di dalam negeri. "Tingkat utilisasi usaha tahu tempe pada 2007 mengalami penurunan yaitu antara 60-65 persen pada 2007 akibat terhentinya produksi dan pengurangan volume produksi yang sifatnya sementara," kata Menperin Fahmi Idris pada Raker Gabungan dengan Komisi VI DPR RI, di Jakarta, Selasa. Hadir dalam raker tersebut adalah Mendag Mari E Pangestu, Mentan Anton Apriyantono, Meneg Koperasi dan UKM Suryadharma Ali, Dirut Perum Bulog Mustafa Abubakar, dan sejumlah asosiasi industri tempe dan tahu. Fahmi menjelaskan, dalam tiga tahun terakhir sebenarnya terjadi pertumbuhan jumlah usaha industri tahu tempe yang banyak digeluti industri kecil dan menengah (IKM) sebesar rata-rata 0,5 persen per tahun, dengan tingkat utilisasi sebesar 80-85 persen. Pada 2004 jumlah IKM tahu tempe mencapai sekitar 84,1 ribu unit usaha dengan produksi sebesar 2,39 juta ton, dan naik menjadi 84,5 ribu unit usaha pada 2005 dengan produksi sekitar 2,56 juta ton. Pertumbuhan masih terjadi pada 2006 dengan jumlah unit usaha mencapai 84,9 ribu unit usaha dan produksi mencapai 2,67 juta ton. Namun pada 2007 jumlah unit usaha mengalami stagnasi, dengan jumlah produksi turun menjadi 2,17 juta ton. "Dari kondisi tersebut jelas bahwa naiknya harga kedelai yang mencapai Rp7.000 - Rp8.000 per kilogram menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan IKM tahu tempe," ujarnya. Kenaikan harga kedelai, lanjut dia, memicu kenaikan modal kerja, berkurang pendapatan bagi perajin maupun pekerja, serta berkurangnya tenaga kerja di IKM tempe. Kebutuhan kedelai IKM tempe dan tahu sendiri mencapai sekitar 1,16 juta ton per tahun. Sementara itu, kinerja industri berbasis kacang kedelai lainnya seperti kecap nampaknya tidak terganggu kenaikan harga bahan baku tersebut. Berdasarkan data Depperin ada tiga industri besar kecap yaitu Heinz ABC, Indofood, dan Unilever (Kecap Bango) yang tidak terpengaruh. Pada 2005 produksi ketiga produsen kecap terbesar tersebut mencapai 117.311 ton dan naik menjadi 117.605 ton pada 2006, serta tetap tumbuh pada 2007 menjadi 117.900 ton. Ketiga industri besar tersebut membutuhkan kedelai sekitar 15.751 ton. Lebih jauh Fahmi untuk melindung IKM tempe dan tahu, pemerintah memasukkan industri tersebut sebagai bidang usaha tertutup bagi penanaman modal kecuali dilakukan pola kemitraan. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008