Kupang (ANTARA) - Federasi Sepak Bola Indonesia, PSSI menyatakan bahwa saat ini belum penting untuk menaturalisasikan pesepak bola putri yang berdarah Indonesia di negara lain.
"Saat ini kita masih memberikan kesempatan kepada para pemain lokal kita. Karena belum merasa terlalu penting untuk menaturalisasikan pemain berdarah Indonesia di luar negeri," kata Anggota Eksekutif PSSI Papat Yunisal kepada Antara di Kupang, Selasa.
Hal ini disampaikannya berkaitan dengan banyaknya harapan dari para pecinta sepak bola putri Indonesia agar PSSI menaturalisasikan beberapa pemain berdarah Indonesia yang bermain bagus di luar negeri.
Ia menambahkan bahwa saat ini di timnas putri Indonesia ada beberapa pemain yang salah satu orang tuanya dari luar negeri, namun karena sudah berkewarganegaraan Indonesia jadi tidak perlu dinaturalisasikan lagi.
Namun lanjut dia, PSSI akan melihat lagi kedepannya, jika sudah sangat diperlukan maka proses naturalisasi akan dilakukan.
"Kita lihat nanti setelah turnamen Liga I Putri Indonesia yang akan dilaksanakan pada September mendatang," tutur dia.
Menurut dia jika memang diperlukan maka akan kembali dilihat bagaimana kerja samanya serta bagaimana statuta yang berlaku untuk menaturalisasikan pesepak bola putri.
Sebab dia tak ingin terlalu membesar-besarkan masalah naturalisasi, karena masih banyak pemain berbakat dari Indonesia yang belum direkrut.
Sementara itu asisten Pelatih Timnas Putri Indonesia Yopi Riwoe mengatakan bahwa keputusan naturalisasi pemain kembali lagi kepada federasi.
"Selain itu juga kembali lagi kepada pemain yang ingin dinaturalisasikan, Jika pemain itu mau ya oke-oke saja tetapi harus sesuai dengan regulasi," tambah dia.
Tim pelatih sendiri kata dia saat ini tak memiliki daftar siapa-siapa saja pemain berdarah Indonesia yang bermain di luar negeri.
Sebab ia masih fokus mengembangkan kemampuan para pemain lokal Indonesia.
Baca juga: 26 pemain timnas putri miliki kemampuan teknis-nonteknis
Baca juga: Pelatih: timnas putri tunjukkan perkembangan positif
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019