Samarinda (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Timur mencatat inflasi sebesar 0,56 persen selama Ramadhan 1440 Hijriah atau pada Mei 2019 di daerah ini, dan merupakan inflasi yang terendah dalam periode 10 tahun terakhir.
"Inflasi Provinsi Kaltim pada Mei sebesar itu tercatat lebih tinggi ketimbang bulan seelumnya sebesar 0,15 persen, sekaligus lebih rendah ketimbang inflasi nasional tercatat 0,68 persen (mtm)," ujar Kepala BI Kantor Perwakilan Provinsi Kaltim Muhammad Nur, di Samarinda, Senin.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tertinggi terjadi pada bahan makanan tercatat 2,31 persen. Inflasi bahan makanan disebabkan oleh peningkatan konsumsi masyarakat selama Ramadhan.
Selain itu, mendekati akhir Mei permintaan komoditas pangan makin banyak seiring dengan persiapan menyambut Idul Fitri, sehingga mengakibatkan sejumlah komoditas mengalami kenaikan harga, seperti daging sapi dan daging ayam ras.
Mendekati Idul Fitri 2019, lanjutnya, sebagian besar masyarakat meningkatkan belanja sandang, sehingga berakibat pada terjadi inflasi kelompok sandang sebesar 0,43 persen.
“Budaya untuk menggunakan pakaian baru saat Lebaran turut didukung oleh promosi besar-besaran yang dilakukan oleh banyak retail baik melalui daring maupun langsung di dunia nyata,” katanya pula.
Berdasarkan kota pembentuknya, lanjut dia, di Kota Samarinda terjadi inflasi sebesar 0,42 persen, sementara di Kota Balikpapan 0,75 persen.
Sumber utama inflasi di Samarinda adalah bahan pangan. Beberapa komoditas yang tercatat mengalami inflasi antara lain daging ayam ras dengan inflasi 6,87 persen, bawang putih sebesar 23,99 persen, dan cabai merah sebesar 39,06 persen.
Sedangkan di Balikpapan, inflasi bersumber dari kenaikan harga tomat sayur dan tarif angkutan udara. Masing-masing komoditas mengalami inflasi sebesar 29,04 persen dan 2,88 persen.
"Pada Juni ini inflasi Kaltim diperkirakan lebih rendah ketimbang Mei. Mulai menurun kebutuhan konsumsi usai Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) menjadi sumber utama penurunan inflasi pada Juni," ujarnya.
Pihaknya bersama jajaran terkait yang tergabung dalam tim pengendali inflasi daerah (TPID) selalu memantau pergerakan inflasi secara khusus dan perekonomian secara umum baik domestik maupun eksternal.
"Sejumlah kegiatan telah dilakukan untuk mengantispasi kenaikan harga yang berkelanjutan, seperti operasi pasar maupun inspeksi mendadak ke pasar tradisional maupun pasar modern, termasuk memantau ketersediaan stok di pasar induk dan distributor utama," ujar Nur pula.
Pewarta: M.Ghofar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019