Washington (ANTARA News) - Dibandingkan dengan masa sebelumnya, kini lebih banyak rakyat Amerika Serikat yang menyatakan kesiapan mereka menerima presiden berkulit hitam di negara itu, demikian menurut suatu jajak pendapat (poll) yang dipublikasikan, Senin. Jajak pendapat yang diadakan oleh jaringan televisi berita CNN dan Opinion Research Corp. dari 14-17 Januari itu memperlihatkan 72 persen warga kulit putih dan 61 persen warga kulit hitam AS mengatakan bahwa negara itu telah siap menerima seorang presiden berkulit hitam, dibandingkan dengan 65 persen warga kulit putih dan 54 persen berkulit hitam dalam poll pada 2006. Jajak pendapat yang mewawancarai 743 warga berkulit putih dan 513 warga kulit hitam itu dipublikasikan untuk menyambut Martin Luther King`s Day, Senin ketiga pada Januari, dan kampanye kandidat presiden dari Partai Demokrat yang memanas di South Carolina sebelum dilakukan pemilihan kandidat dari Partai Demokrat secara nasional pada 26 Januari, di mana sejumlah besar warga kulit hitam memainkan peran yang menentukan. Pejuang hak-hak sipil berkulit hitam dan pemenang hadiah Nobel, yang terkenal dengan pidatonya "Saya memiliki sebuah mimpi", melakukan perlawanan secara damai dan memperjuangkan persamaan hak bagi semua ras. Ia terbunuh pada 4 April 1968 dalam usia 39 tahun ketika ia berdiri di balkon sebuah penginapan di Memphis, Tennessee, AS. Empat dekade kemudian, sekitar 52 persen warga AS berkulit hitam dan 43 persen warga kulit putih mengatakan, mereka yakin bahwa hubungan ras akan selalu menjadi problem di AS, menurut jajak pendapat itu. Kami menanyakan pertanyaan sama pada 1993, yakni 55 persen warga kulit hitam dan 53 persen kulit putih bertahan pada pandangan serupa. Jajak pendapat itu juga menemukan, kedua pihak, warga berkulit hitam dan berkulit putih, memperihatikan enam masalah utama ketika mereka memilih seorang kandidat presiden, yaitu masalah ekonomi, Irak, terorisme, jaminan kesehatan, harga gas, dan Iran, demikian laporan Xinhuanet. (*)
Copyright © ANTARA 2008