Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 17 industri biofuel yang tergabung dalam Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI) berhenti berproduksi. "Mereka merasa tidak efisien untuk tetap beroperasi sehingga rasanya dari 22 industri biofuel hanya tingal lima yang beroperasi," kata Ketua Umum APROBI Purnardi Djojosudirdjo di Jakarta, Senin. Untuk ekspor tidak semudah apa yang dikatakan, di luar standarisasinya yang ketat, biaya ekspor yang tinggi, dan juga kaum enviromentalis menentang hal tersebut karena dianggap melakukan deforestasi, ujar dia. Dia mengatakan, tidak dapat dipastikan berapa penurunan produksi biofuel pada 2008 karena jika pemerintah mau mengeluarkan kebijakan agar kalangan industri menggunakan bahan bakar nabati sebesar satu persen dipastikan produsen biofuel di Indonesia akan tetap beroperasi. "Jadi jika anda punya mobil, 10 liter diisi bensin dan satu persen saja diisi alkohol sudah terima kasih kita," katanya. Sedangkan, menurut Presiden Direktur PT Sumi Asih, Alexius Darmadi, pemerintah hingga saat ini belum menentukan departemen mana yang akan mengurus biofuel, sementara di negara lain tanpa disubsidi pun biofuel sudah dapat hidup. Jangan sampai nanti kasus industri biofuel berakhir seperti kasus kedelai saat ini, ujar dia. Harus ada kerjasama yang baik antar departemen. Kapasitas terpasang industri biofuel di tanah air sekitar 1,5 juta ton per tahun. Pada tahun 2007 sudah berproduksi 500 ribu ton, tahun 2008 belum dapat diketahui berapa total produksi. "Kalau bisa sama dengan produksi 2007 saja sudah cukup baik," kata Alexius. Sementara itu, menurut Dirjen Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian Benny Wahyudi, saat ini harga bahan baku meningkat, kalau berharap hanya pada minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) akan sulit. "Kalau dulu harga CPO masih Rp400 hingga Rp500, sekarangkan sudah hampir Rp1.000 bahan bakunya. Jadi untuk saat ini agak sedikit terkendala tapi bukan berarti berhenti karena masih dalam proses menentukan," ujar dia. Namun demikian, dia mengatakan, pemerintah akan mendorong agar biofuel akan tetap dikembangkan. Saat ini Departemen Perindustrian telah mengembangkan 48 unit pengolahan skala kecil di beberapa daerah untuk biodiesel tanaman jarak. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008