Karanganyar (ANTARA News) - Para pedagang makanan dan kaos di Makam Astana Mangadeg dan Giribangun, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah mengharapkan mantan Presiden Soeharto bisa segera sembuh dan melakukan ziarah lagi ke Makam Mangadeg dan Giribangun. Ny. Kasan (75), pedagang kaos di Astana Giribangun ketika ditemui di lokasi, Senin, mengatakan, setiap kali Pak Harto dan keluarganya ziarah ke Giribangun dan Mangadeg selalu memborong dagangan mereka. "Biasanya yang memborong kaos itu Mbak Tutut tanpa menawar harga, bahkan uang kembaliannya pun diberikan kepada para pedagang," katanya. Kaos itu oleh pedagang ditawarkan dengan harga Rp20 ribu namun Mbak Tutut menyerahkan uang Rp50 ribu tanpa meminta uang kembalian. Selain Mbak Tutut, yang selalu memborong dagangan mereka yakni Bambang Trihatmojo. "Saya tidak tahu, apakah kaos itu dipakai sendiri atau diberikan kepada orang lain," kata Kasan yang pernah bersalaman dengan Pak Harto. Kasan yang telah belasan tahun berjualan di Astana Mangadeg dan Giribangun menceritakan, Pak Harto dan keluarganya terakhir berziarah ke kedua makam ini pada tahun 2004. Para pedagang hanya bisa menjajakan dagangannya di kompleks Makam Mangadeg, sedangkan di Giribangun mereka dilarang menawarkan dagangan kepada Pak Harto dan keluarganya. Makam Astana Mangadeg merupakan tempat pemakaman Mangkunegara I, II, dan III. Lokasi makam ini berhimpitan dengan Astana Giribangun. Mangkunegara I juga dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa. Pedagang lainnya, Ny. Atmo (60) mengatakan, berkat Pak Harto pula jalan di bawah tebing Bukit Karangbangun bisa dilewati mobil. "Dulu, dilewati kerbau saja sangat sulit," katanya dalam bahasa Jawa. Ny. Parti (35), pedagang makanan di Astana Giribangun mengatakan, sejak Pak Harto sakit, Makam Mangadeg dan Giribangun ramai dikunjungi wartawan dan warga masyarakat, omzet penjualan pedagang meningkat. Kalau sehari biasanya membawa pulang Rp10 ribu-Rp15 ribu, sekarang mendapat untung hingga Rp25 ribu. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008