Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot antar-bank Jakarta pada Senin sore terpuruk mencapai Rp9.443/9.456 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu Rp9.439/9.445 atau melemah empat poin. Direktur Utama (Dirut) Finance Corpindo, Edwin Sinaga, di Jakarta, mengatakan bahwa pergerakan rupiah yang sampai saat ini masih di bawah level Rp9.500 per dolar AS, karena Bank Indonesia (BI) tetap berada di pasar menjaga rupiah agar tidak bergejolak lebih jauh. BI khawatir apabila rupiah menembus angka batas psikologis Rp9.500 per dolar AS, maka pertumbuhan ekonomi nasional akan makin mengalami pelambatan, katanya. Rupiah, menurut dia sampai saat ini masih rally di kisaran antara Rp9.450 hingga Rp9.500 per dolar AS, karena BI dengan ketat menjaga pergerakan mata uang Indonesia itu. "Kami optimis BI tidak akan membiarkan rupiah terus diguncang oleh gejolak domestik yang kian tak menentu," katanya. Apalagi, lanjut dia otoritas moneter juga aktif mengeluarkan kebijakan yang mendorong sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tumbuh lebih baik dan memicu Perbankan untuk aktif menjadi "Lead the development" dan tidak hanya mengikuti kehendak pasar. Rally rupiah pada kisaran itu juga menunjukkan bahwa pemerintah serius menghadapi gejolak ekonomi global yang harus diwaspadai lebih dini, ucapnya. Menurut Edwin Sinaga, gejolak domestik yang menekan rupiah saat ini cenderung agak berkurang, sehingga koreksi terhadap mata uang Indonesia tidak besar dibanding sebelumnya. "Namun gejolak itu masih belum reda, karena bisa saja suatu sangat menghangat kembali, ucapnya. Pemerintah, lanjut dia harus siap lebih awal menghadapi gejolak ekonomi global kalau tidak mau rupiah keblablasan seperti yang pernah terjadi sebelumnya. "Kami optimis pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mendukung APBN seperti melakukan penerbitan surat utang negara (SUN) dengan waktu lebih cepat dari rencana sebelumnya," ucapnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008