Falluja, Irak (ANTARA News) - Seorang pembom bunuhdiri melakukan aksinya yang menewaskan enam orang di provinsi Anbar, Irak barat, Minggu, termasuk seorang anggota suku Sunni Arab yang ikut memerangi Al-Qaeda, kata sejumlah pejabat. Serangan itu merupakan pemboman mematikan kedua dalam beberapa hari ini di Anbar, dimana kekerasan mereda dalam beberapa bulan terakhir setelah suku-suku lokal bergabung dengan pasukan AS untuk menghalau gerilyawan Sunni Al-Qaeda dari wilayah yang luas itu. Beberapa pejabat rumah sakit mengatakan, Hadi al-Issawi tewas di sebuah kota sebelah selatan Falluja pada saat perayaan saudaranya, yang dibebaskan dari penahanan militer AS. Tidak jelas apakah saudaranya itu, yang juga tewas dalam serangan tersebut, ditahan. Seorang saksi mata mengatakan, pelaku serangan bom itu tampaknya seorang remaja. Ia memasuki sebuah rumah dimana perayaan itu sedang berlangsung, dengan membawa permen dan kemudian meledakkan dirinya, katanya. Pejabat-pejabat rumah sakit mengatakan, enam orang tewas dan 10 lain cedera dalam pemboman itu, yang dilakukan di kota Ameriyet al-Fulluja. Sabtu, dua penyerang bom bunuh diri menewaskan enam polisi dan mencederai 13 lain dalam serangan di luar sebuah kantor polisi di daerah sebelah barat Ramadi di Anbar, yang dulu menjadi pusat pemberontakan Sunni Arab namun kemudian berubah sejak suku-suku setempat membentuk dewan-dewan kebangkitan dan bersekutu dengan pasukan AS. Hadi al-Issawi adalah seorang anggota dewan kebangkitan Ameriyet al-Fulluja. Militer AS telah memperingatkan bahwa Al-Qaeda akan berusaha beraksi lagi di Anbar, dimana mereka dulu menguasai sejumlah besar wilayah sampai banyak dari orang-orang bersenjata kelompok garis keras itu dihalau daerah tersebut dalam setahun ini. Suku-suku Sunni Arab beralih melawan Al-Qaeda di Irak karena mereka dianggap telah membunuhi warga sipil secara membabi-buta dan menafsirkan Islam secara keras. Bentuk dewan kebangkitan itu meluas dari Anbar ke daerah-daerah lain Irak dan membantu mengendalikan kekerasan di negara tersebut. Militer AS menyatakan, mereka mungkin menyerahkan kendali keamanan Anbar kepada pasukan Irak pada Maret atau April, dan langkah itu menggarisbawahi perubahan yang berarti di provinsi tersebut, demikian laporan Reuters. (*)
Copyright © ANTARA 2008