Pangkalpinang (ANTARA News) - Cerita mitos dalam sinetron dan filem di saluran TV jangan sampai menjadi sesuatu yang digemari, agar rumah produksi yang membuat tayangan berbau musyrik itu menghentikan pembuatannya. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Dr Arif Subhan di Pangkalpinang, Sabtu, mengatakan, masyarakat Indonesia masih dalam proses menuju modernisasi, hingga aspek kepercayaan tradisionil dengan mudah digemari begitu saja. "Ketika orang jualan cerita mitos dalam bentuk sinetron dan filem layar lebar akhirnya laris manis. Cerita mitos yang ditayangkan dalam TV bisa mendorong orang jadi musyrik," ujarnya usai menjadi pembicara dalam seminar "Pendidikan dan Dakwah: Perisai Umat Menangkal Aliran Sesat". Tayangan mitos dalam sinetron sudah sedemikian marak. Ada banyak stasiun TV dan bioskop yang menayangkannya, sementara rumah-rumah produksi terus membuat tayangan yang kurang mendidik itu. Arif mengatakan, dalam era kapitalisme sekarang, sangat sulit menghentikan tayangan-tayangan seperti itu, selama umat masih tetap menontonnya. Bila umat mau membuat jaringan untuk memboikot dengan tidak menonton tayangan tersebut seperti melalui majelis taklim dan dari keluarga, maka tayangan mitos itu ratingnya jadi rendah. "Pada akhirnya sesuai dengan tuntutan pasar yang mengutamakan keuntungan, tayangan dengan rating rendah akan disingkirkan. Cara-cara seperti itu perlu dilakukan oleh umat," ujarnya. Bila berharap dari institusi resmi seperti Komite Penyiaran Indonesia (KPI), tidak akan memberikan hasil. KPI sendiri telah berkali-kali menyampaikan keberatan atas tayangan-tayangan di TV, tapi kewenangannya hanya sebatas menghimbau tanpa bisa memberikan pelarangan. Ia minta agar keluarga muslim mempelopori untuk tidak lagi menonton tayangan sinetron yang menjual mitos, sifat culas, curang, hura-hura dan pamer adegan seksi dan kekerasan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008