Singapura (ANTARA News) - Sebanyak dua orang pekerja di negri Singapura dirawat di rumah sakit karena mendeeita penyakiyit yang ditularkan oleh nyamuk, yang menyebabkan pihak kesehatan harus melakukan tindakan pencegahan penyebaran secara cepatlebih lanjut dikalangan masyarakat luas. Jumlah keseluruhan dari korban terinfeksi chikungunya yang terutama berasal dari India, dan Bangladesh sudah mencapai delapan orang dalam wabah pertama yang menyerang negara satu kota itu. Sebanyak 13 kasusterinfeksi tercatat terjadi pada tahun lalu berasal dari negera lain. Badan Otoritas Kesehatan dan Lingkungan telah meningkatkan upaya-upaya serta langkah-langkah guna memberantas hewan nyamuk yang menjadi medium penyakit Chilkungunya sebelum semakin menyebar luas. "Tidak seperti halnya DBD, chikungunya bukanlah penyakit endemik di kota ini," kata Dr Lyn James, direktur dari divisi Penyakit menular dari Departemen Kesehatan Singapura. Badan Lingkungan Nasional (NEA) mengatakan pihaknya telah memeriksa sebanyak 1.879 tempat-tempat penyimpanan atau penampungan air dan telah menghancurkan atau memusnahkan 35 sarang nyamuk . Semua warga yang berada di area tempat tingggal penderita diwajibkan untuk memeriksakan diri ke dokter terutama apabila mengalami kenaikan suhu tubuh. Warga juga diminta untuk menjaga agar tempat penyimpanan air setiap harinya untuk mengganti air yang ada menjadi sarang tempat nyamuk bertelur. Mereka yang baru datang dari negara-negara yang dilaporkan memiliki kasus chikungunya diminta menggunakan kemeja atau blus lengan panjang serta celana panjang jika keluar rumah dan menggunakan obat gosok anti nyamuk. Seorang pemuda 27 tahun yang baru tiba dari Bangladesh adalah penderita pertama yang hasil tesnya positif di Singapura yang dilakukan hari Senin lalu. Pejabat kesehatan sejak saat itu mengirim sampel darah dari 500 orang Lembaga Lingkungan Kesehatan. Empat dari lima korban telah sembuh sementara empat korban lainnya masih berada di dalam perawatan di Pusat Penanggulangan Penyakit Menular. Pasien penderita biasanya memiliki gejala-gejala yang hampir mirip dengan demam berdarah antara lain rasa nyeri pada persendian, demam dan lemah. Sejauh ini tak ada obat untuk penyakit ini, perawatan dan terapi yang dilakukan sejauh ini untuk mengatasi demam tinggi dan rasa nyeri serta mencegah pasien mengalami dehidrasi. Namun penyakit Chikungunya umumnya jarang yang berakhir dengan fatal. "Kondisi di Singapura termasuk kehadiran nyamuk Aedes dan populasi warga yang tak memiliki kekebalan terhadap penyakit ini sangatlah sesuai bagi chikungunya untuk menjadi endemik," kata Profesor Leo Ye Sin Direktur Klinik Pusat Penanggulangan Penyakit Menular kepada AFP.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008