Saya berharap tempat yang begitu alami dan indah ini terus dijaga agar dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia sepanjang masa, ujarnya

Waisai (ANTARA) - Nama Wayag tentunya tidak asing bagi para pencinta alam yang pernah melakukan perjalanan wisata di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat.

Wayag adalah salah satu destinasi wisata yang sangat digemari para pencinta alam terlebih khusus para pendaki dan para pencinta olahraga panjat tebing sebab menggapai puncak Wayag memerlukan perjuangan tracking dengan medan yang menantang.

Di kawasan Wayag terdapat dua puncak yang selama ini menjadi tujuan wisatawan para pencinta alam. Masyarakat setempat menyebut puncak tersebut dengan sebutan puncak satu dan puncak dua.

Pemandangan dari atas kedua puncak tersebut sangat indah namun untuk mencapainya membutuhkan perjuangan terutama keberanian karena harus mendaki dan melewati batuan-batuan yang tajam dan membutuhkan waktu satu hingga dua jam.

Wisatawan saat mendaki puncak Wayag Raja Ampat (Foto Antara Papua Barat/ Ernes Kakisina)

Bagi wisatawan pencinta alam, puncak Wayag adalah puncak terindah di Indonesia dan harus dilestarikan oleh masyarakat setempat agar berkelanjutan bagi generasi di masa yang akan datang.

"Saya sudah melakukan tracking di beberapa daerah batuan kars di Indonesia namun tidak seindah puncak Wayag Kabupaten Raja Ampat," kata Liling (50) wisatawan asal Jakarta di Waisai, ibukota Raja Ampat, Sabtu.

Dia mengaku sudah dua kali berkunjung Pulau Phuket Thailand untuk menikmati keindahan alam, namun setelah berkunjung Wayag jauh lebih indah.

"Saya berharap tempat yang begitu alami dan indah ini terus dijaga agar dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia sepanjang masa," ujarnya.

Berkunjung ke destinasi wisata wayag, wisatawan harus menggunakan transportasi laut seperti speedboat atau kapal cekil dari Waisai, ibukota Kabupaten Raja Ampat selama empat jam perjalanan.

Destinasi wisata Wayag tidak hanya panorama indah dari puncak tebing, tetapi wisatawan juga bisa menikmati pantai pasir putih dan berinteraksi dengan ikan hiu.

Pewarta: Ernes Broning Kakisina
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019