Jenewa (ANTARA News) - Ribuan pengungsi Mauritania akan meninggalkan Senegal setelah hampir dua dasawarsa berada di tempat pengungsian, kata Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB Urusan Pengungsi (UNHCR), Jumat.
Seorang juru bicara UNHCR, William Spindler, mengatakan bahwa para pejabat dari kedua negara Afrika barat itu akan membantu sekitar 24.000 orang yang telah mengungkapkan keinginan mereka untuk kembali ke Mauritania, mulai akhir Januari.
Pemulangan sukarela yang telah lama direncanakan itu dilakukan pada saat meningkatnya kekhawatiran mengenai keamanan di Mauritania, dimana gerilyawan yang diduga Al-Qaeda menembak mati empat wisatawan Perancis pada Malam Natal.
Insiden itu, dan ancaman serangan-serangan lain anti-Barat, mendorong pembatalan Dakar Rally 2008.
Senegal dan Mauritania sepakat pada November untuk mendukung kembalinya para pengungsi yang ingin pulang kembali setelah 19 tahun berada di Senegal.
Pengungsi-pengungsi itu akan menerima jatah pangan tiga bulan serta selimut, sabun, sarana kebersihan dan kelambu nyamuk, kata Spindler.
Sekitar 60.000 orang Mauritania pergi ke Senegal dan Mali pada April 1989 ketika perselisihan perbatasan menyulut gelombang kekerasan etnik. UNHCR membantu sekitar 35.000 pengungsi kembali atas kesepakatan mereka sendiri ke Mauritania antara 1996 dan 1998.
Mauritania, negara bekas koloni Perancis yang berpenduduk tiga juta orang, mengalami ketegangan etnik di kalangan penduduk kulit hitam dan masyaratkat Berber serta beragam orang Arab. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008